Hasil pemeriksaan juga mene- mukan adanya hubungan penurunan fungsi paru dan kelainan pada foto toraks siswa yang bertempat tinggal berada dalam radius kurang dari 1 kilometer dari PLTU.
Kondisi kesehatan yang sama juga terjadi pada murid-murid yang keluar rumah tanpa memakai masker. Tidak hanya itu saja, pada Desember 2017, masyarakat di sekitar PLTU juga pernah melakukan pengecekan kesehatan terhadap 50 orang murid kelas IV dan V, dengan hasil 40 orang anak dalam kondisi fisik yang normal, sedang 10 orang anak lainnya mengalami kondisi fisik abnormal.
Analisis hasil foto toraks anak-anak SD tersebut terungkap bahwa 66 persen mereka sudah mengalami gangguan seperti bronchitis kronis dan TB paru.
Kegiatan pemeriksaan kesehatan yang ini dilakukan oleh dr. Ardianof, SpP dan dibantu oleh petugas kesehatan PLTU Ombilin bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dampak buruk operasional PLTU Ombilin terhadap kesehatan warga juga diperkuat oleh laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Sawahlunto yang menyatakan bahwa di antara 10 penyakit yang paling banyak dilaporkan di setiap puskesmas di Kota Sawahlunto adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), terutama di Kecamatan Talawi.
“LBH Padang juga sudah me- masang alat pengkur tingkat cemaran udara beberapa waktu lalu. Hasilnya fluktuatif. Kadang-kadang normal, kadang-kadang berbahaya. Namun
pada dasarnya, masyarakat yang bermukim di sekitar PLTU sudah selayaknya menggunakan masker N95. Mereka tidak bisa lagi hanya
menggunakan masker medis, mengingat kondisi udara di sana yang sudah begitu buruk,” ucap Diki.
Berdasarkan pemantauan LBH Padang, pencemaran udara dari cerobong emisi PLTU Ombilin setidaknya terjadi pada bulan Februari
2019, 17-19 Juli 2023, November 2019, 6 November 2022, 4 Mei 2023, dan 4 Juli 2023.