Raih Empat Penghargaan Desa Wisata, Sumbar Masih Punya Banyak Peer

Penyerahan penghargaan ADWI kepada Desa Wisata Kampung Apar sebagai juara 3 kategori Desa Digital di Ciputra Artpreneur, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa malam (7/12). IST

PADANG, HALUAN — Empat desa wisata perwakilan Sumatra Barat berhasil menyabet berbagai penghargaan dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pencapaian itu dinilai menjadi modal besar bagi Sumbar untuk merebut destinasi desa wisata, meski pun sejumlah “pekerjaan rumah (PR)” masih perlu dituntaskan.

Kepala Dinas Pariwisata Sumatra Barat, Novrial menyebutkan, penghargaan desa wisata ini memberikan dampak baik bagi sektor pariwisata di Sumbar, karena desa wisata tersebut sudah mempunyai branding yang cukup di kancah nasional. Sehingga, akan menjadi atensi dan alasan utama wisatawan untuk berkunjung ke Sumbar.

“Ini pencapaian yang baik sekali, karena artinya desa wisata kita sudah mempunyai branding, untuk menarik wisatawan dengan motif menikmati wisata pedesaan. Kemenangan ini merupakan penilaian berdasarkan empat kategori dari Kemenparekraf,” kata Novrial kepada Haluan, Kamis (9/12),

Empat desa wisata Sumbar yang mendapatkan penghargaan ADWI 2021, yaitu Desa Wisata Apar Kota Pariaman meraih juara 3 untuk kategori Desa Digital, Desa Wisata Kampung Minang Nagari Sumpu di Tanah Datar juara 4 kategori Souvenir, Desa Wisata Saribu Gonjong di Kabupaten Lima Puluh Kota mendapatkan juara 4 kategori Homestay. Serta, Desa Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam meraih juara 5 kategori Daya Tarik Wisata.

Novrial menyebutkan, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang harus diperbaiki dan dibenahi dalam pengembangan desa wisata Sumbar ke depan. Salah satutnya, tarkait program atau iven kebudayaan dan pariwisata untuk menunjang daerah wisata.

“Selain itu, pembenahan diharapkan nantinya memperkuat peran strategis sektor wisata dan ekonomi kreatif untuk memulihkan ekonomi nasional melalui produk-produk dan layanan. Selama pandemi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun mengutamakan pergerakan wisatawan domestik,” katanya.

ADWI 2021 mengangkat tema Indonesia Bangkit dengan tujuh kategori penilaian, antara lain penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability), Desa Digital, Souvenir (Kuliner, Fesyen, Kriya), Daya Tarik Wisata (Alam, Budaya, Buatan), Konten Kreatif, Homestay, Dan Toilet.

Sebanyak 1.831 desa wisata masuk dalam seleksi tahap pertama ADWI 2021. Kemudian, terkurasi menjadi 300 besar, 100 besar dan 50 besar desa wisata oleh Tim Kurator dan Dewan Juri ADWI 2021. Hingga proses seleksi terakhir Sumbar memiliki empat perwakilan desa wisata dalam 50 besar ADWI.

Terpisah, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampuang Saribu Gonjong, Rici Candra mengatakan, penghargaan yang diterima merupakan hasil kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam memajukan Kampuang Sarugo sebagai destinasi wisata budaya yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota.

“Alhamdulillah, berkat dukungan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lima Puluh Kota, kerjasama dan dukungan semua pihak, Kampuang Sarugo mendapatkan juara 4 kategori homestay,” kata Rici, Rabu, (8/12).

Dalam kesempatan yang sama Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Datuak Bandaro Rajo mengatakan, langkah-langkah strategis perlu dilakukan untuk pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Lima Puluh Kota. Mulai dari infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten untuk pengembangan pariwisata.

“Ke depan untuk memajukan destinasi dan wilayah yang memiliki potensi itu akan dilakukan program pembinaan dan pendampingan. Bagaimana pun pandemi telah mengubah pola pariwisata ke era baru,” Kata Safaruddin.

Ditambahkannya, banyak daya tarik wisata berbasis pada karya cipta manusia yang berupa peninggalan budaya dan sejarah maupun nilai budaya yang masih hidup sampai sekarang. Selain itu digitalisasi pariwisata juga perlu direalisasikan sebagai langkah pengembangan wisata di kabupaten Lima Puluh Kota pada masa mendatang.

“Peninggalan budaya dan catatan sejarah yang perlu dikemas baik menjadi destinasi wisata. Selain itu digitalisasi juga sangat penting untuk memperoleh dan memiliki database sebagai bahan evaluasi Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota pada sektor ini,” tutup Safaruddin. (h/mg-dar/mg-wta)

Exit mobile version