EWS Gunung Api di Sumbar Berfungsi dengan Baik, Warga Diminta Tak Mendaki Saat Nataru

SIAGA BENCANA — Nagari Bukik Sileh di Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, berada di kaki Gunung Talang yang masih tercatat sebagai salah satu gunung api aktif di Sumbar. Menjelang momentum libur nataru, warga dan pengunjung diminta untuk tidak melakukan aktivitas pendakian ke gunung api aktif, Jumat (10/12). IRHAM

PADANG, HALUAN — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan Sistem Peringatan Dini (SPD) atau Early Warning System (EWS) gunung api aktif di Sumbar berfungsi dengan baik. Masyarakat diminta untuk tidak mendaki dan beraktivitas di radius 3 kilometer gunung api aktif, terlebih mengingat momen natal dan tahun baru (nataru) akan segera tiba.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Marapi Bukittinggi, Teguh Purnomo menyebutkan, alat pemantau gunung api aktif di Sumbar saat ini tetap aktif dan beroperasi dengan baik. Ia menjelaskan bahwa gunung api aktif terus dipantau secara intensif, baik secara visual maupun instrumental.

“Pemantauan dilakukan menggunakan metoda visual (pemantauan danau kawah, CCTV), seismik, deformasi, dan geokimia. Ada pun sumber data lapangan berasal dari penelitian, penyelidikan, dan pemetaan. Data-data yang diperoleh lalu diolah untuk mengevaluasi aktivitas gunung api secara rutin,” ucap Teguh kepada Haluan, Kamis (9/12).

Ia mengatakan, untuk gunung api berstatus level II (waspada), maka evaluasinya dilakukan sekali dalam dua minggu, untuk level III (siaga) dilakukan setiap hari, dan untuk gunung api level IV (awas) dilakukan pemantauan sekali dalam 6 jam. Format data yang dihasilkan nantinya berupa laporan dalam dokumen atau press rilis.

“Informasi yang diberikan adalah hasil pengamatan, analisis potensi bahaya, rekomendasi, dan peta KRB. Evaluasi gunung api ini kami kirimkan secara rutin ke stakeholder terkait dan biasa digunakan sebagai informasi tingkat aktivitas gunung api,” ucapnya lagi.

Sebelumnya, Teguh mengatakan bahwa terdapat tiga gunung api yang masih aktif di Sumbar saat ini, yaitu Gunung Marapi, Gunung Tandikat, serta Gunung Talang. Selain itu, juga ada Gunung Kerinci yang berdiri di perbatasan antara Sumbar dengan Provinsi Jambi.

Teguh merincikan, saat ini Gunung Marapi berstatus Level II (waspada), Gunung Talang Level I (normal), Gunung Tandikat Level I (normal), dan Gunung Kerinci Level II (waspada). Khusus di Sumbar, sambungnya, yang patut diwaspadai adalah Gunung Marapi, karena berada pada tingkat waspada.

“Ini juga terkait dengan periode musim hujan, dan tiga pekan ke depan akan masuk libur natal dan tahun baru (nataru), sehingga diimbau kepada masarakat, pengunjung, dan wisatawan, untuk mematuhi rekomendasi PVMBG agar tidak mendaki, mendekati, maupun beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari pusat kawah,” tuturnya.

Lebih jauh, Teguh mengatakan bahwa Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api aktif Tipe A di Sumbar yang dipantau terus menerus oleh PVMBG. Pemantauan aktivitas seismik Gunung Marapi dilakukan lewat 9 stasiun seismik yang dipasang secara permanen dan tersebar di sekeliling Gunung Marapi secara realtime. Selain itu juga dilakukan dengan menggunakan 4 stasiun milik PVMBG, dan 5 stasiun kerja sama PVMBG dan EOS.

“Pemantauan ke arah puncak dilakukan secara visual menggunakan CCTV yang terpasang di pos PGA Marapi. Pemantauan kawah utama (kawah verbeek) dilakukan secara visual, juga menggunakan CCTV yang dipasang di dekat kawah. Sistem monitoring di Marapi merupakan bagian dari sistem mitigasi PVMBG untuk EWS,” ucap Teguh lagi.

Di samping itu, Teguh juga menjelaskan bahwa sudah terdapat skema mitigasi dari EWS, sampai skema evakuasi jikalau sewaktu-waktu terjadi letusan gunung. Selain itu, jika terjadi peningkatan aktivitas, akan dilakukan evaluasi secara intensif yang hasilnya akan terus diperbaharui oleh PVMBG.

“Begitu ada letusan, informasi dari Pos Pengamatan Gunung Api akan disampaikan melalui radio dan Grup WA ke stakeholder dan masyarakat sekitar,” ucapnya lagi.

Edukasi Penting

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Rumainur mengatakan, Sumbar telah memiliki skema mitigasi bencana gunung api termasuk erupsi dalam dokumen rencana kontingensi, yang berisi peningkatkan kesiapsiagaan serta penguatan komitmen bersama antarlembaga penanggulangan bencana.

“Rencana Kontingensi ini merupakan proses identifikasi dan penyusunan rencana ke depan yang didasarkan pada kemungkinan keadaan atau risiko besar yang akan terjadi. Kita di Sumbar sudah punya itu sejak lama,” kata Rumainur kepada Haluan, Senin (6/12).

Ia menambahkan, kesiapan mitigasi bencana gunung api juga didukung dengan pelatihan dan sosialisasi terkait kesiapsiagaan. Salah satunya dengan membentuk kelompok masyarakat tangguh bencana yang akan menjadi penggerak di tengah masyarakat untuk waspada dan siaga.

“Edukasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang apa itu bencana alam, bagaimana upaya penanggulangan bencana dan bagaimana meminimalisir jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa bencana alam,” ujarnya. (h/yes)

Exit mobile version