BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Puncak Musim Hujan di Sumbar

PADANG, HARIANHALUAN.ID- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau mengimbau masyarakat Sumatera Barat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi saat puncak musim hujan, khususnya pada bulan Maret ini.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, mengingatkan, “Di bulan Maret ini, saat umat Muslim melaksanakan ibadah puasa, ada potensi cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai.”

Deddy menjelaskan bahwa secara klimatik, Sumatera Barat memiliki tipe iklim ekuatorial, yang berarti daerah tersebut akan mengalami dua kali puncak musim hujan dalam setahun, yakni pada bulan Maret dan November.

Dalam beberapa hari terakhir, BMKG mencatat intensitas curah hujan yang tinggi di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Dharmasraya, yang masuk dalam kategori ekstrem dengan curah hujan lebih dari 100 milimeter.

Secara dinamis, Sumatera Barat juga dikenal memiliki kondisi atmosfer yang sangat dinamis. Deddy mengungkapkan adanya belokan atau konvergensi angin yang dapat menciptakan awan konvektif, yang berpotensi memicu pertumbuhan awan cumulonimbus.

“Awan cumulonimbus ini dapat menyebabkan hujan lebat hingga ekstrem, angin puting beliung, petir, bahkan hujan es,” jelasnya.

Mengingat potensi cuaca ekstrem ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada, terutama mereka yang tinggal di daerah rawan bencana. Cuaca ekstrem seperti ini dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

Deddy menambahkan bahwa periode Maret-April merupakan masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau. Selama masa pancaroba, cuaca sangat dinamis dan dapat berubah-ubah.

Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca buruk dan potensi munculnya berbagai penyakit terkait perubahan cuaca. (*)

Exit mobile version