PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pertunjukan tari kontemporer oleh Nan Jombang Dance Company membuka Nan Maurak Alek. Karya yang dinamai Asok dari Tungku ini bagai gapura ucapan selamat datang yang menandai gelaran akbar Kaba Festival X dilangsungkan.
Nan Maurak Alek merupakan salah satu rangkaian Kaba Festival X yang dihelat Nan jombang Dance Company melalui pendanaan Dana Indonesiana-LPDP Kementerian Kebudayaan RI. Kegiatan ini digelar di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang, Kota Padang, yang dimulai pada Jumat (25/4) hingga Senin (28/4).
Pimpinan Nan Jombang, Ery Mefri dalam sambutannya mengkritisi nasib berkesenian di Sumbar hari ini. Selalu begitu. Dia menilai kesenian seperti “anak tiri”.
“Berkesenian seperti dianaktirikan. Bagaimana pemerintahan berjalan dari hari ke hari, yang berkesenian memang selalu ada. Tapi mereka (kesenian) selalu diabaikan,” katanya.
Tapi, Maestro Tari itu sangat haru sekali. Kehadiran para penonton yang sesak mengobati hatinya. Ia bahagia, gelaran pertunjukan seni yang gratis untuk dinikmati ini sesuai dengan harapannya.
Asok dari Tungku yang ditengarai langsung oleh Ery Mefri ini menandakan kegiatan Nan Maurak Alek ini akan melangsungkan pertunjukan-pertunjukan lainnya yang berbasis kontemporer di setiap malamnya.
Direktur Kaba Festival, Angga Mefri mengatakan Kaba Festival menjadi agenda tahunan oleh Nan Jombang Dance Company. Kaba Festival X ini hadir dengan sedikit besar karena didanai langsung oleh Kementerian Kebudayaan melalui program strategisnya.
“Kegiatan ini berlangsung selama enam bulan. Telah dimulai sejak Januari lalu dan akan berakhir pada Juni ini. Kaba Festival X ini dirangkai secara bertahap dengan subkegiatan yang telah disusun,” ujarnya.
Termasuk pada Nan Maurak Alek ini, Nan Jombang Dance Company menghadirkan seni pertunjukan kontemper dari berbagai daerah di Indonesia, ditambah satu pertunjukan dari Singapura.
Ada Sabariyah Grup (Agam), Prokontra Dewa Gugat (Padang Panjang), Parewa Limo Suku (Padang), Rio Mefri (Padang), Komunitas Seni Gaung Ganto (Padang), Old Track Teater (Padang), Mila Rosinta (Yogyakarta), Razan Wirjosandjojo (Solo), Rianto (Banyumas) dan Muhd Sharul Mohd (Singapura). (*)