Sementara itu, Kepala Seksi TJSL Unit CSR PT Semen Padang, Edi Fahrizal, menjelaskan bahwa inti program ini adalah mengubah limbah organik menjadi maggot, yang kemudian digunakan sebagai pakan ikan bernilai ekonomis. “Ini merupakan bagian dari siklus program budidaya maggot sebagai pengurai sampah kota. Maggot sebagai pakan ikan akan diuji, Jika hasilnya menunjukkan maggot lebih efisien, ini bisa menjadi solusi permanen atas tingginya harga pakan komersial,” ujarnya.
Uji coba dilakukan dengan membandingkan empat jenis pakan: 100% pakan komersial, 100% pakan Gerpari (tepung roti, susu kedaluwarsa, ampas tahu, pelet), 100% pelet Kito Semen Padang (Pelkito SP, berbahan maggot, roti, dan susu), serta kombinasi 50% pakan komersial dan 50% maggot segar.
Dr. Resti Rahayu dari FMIPA Universitas Andalas menjelaskan bahwa percobaan dilakukan di 12 kolam berukuran 1×1 meter selama 45 hari, masing-masing diisi 20 ikan nila berbobot 100–125 gram, dengan tiga kali ulangan untuk memastikan validitas data. “Keberhasilan diukur dari perbandingan ketiga kolam tersebut diantaranya pertambahan bobot ikan dan biaya yang timbul,” jelasnya.
Dr. Resti Rahayu menambahkan bahwa jika uji coba kepada ikan nila sebagai pakan ternak dinilai tidak maksimal, maka uji coba maggot sebagai pakan ternak akan kita alihkan kepada pakan unggas, tutupnya.
Perwakilan Pokdakan, Mikrizal, menyatakan harapan agar uji coba ini dapat memberikan akses pakan yang lebih terjangkau. Selain membantu pembudidaya, program ini juga sejalan dengan visi pemerintah daerah terkait pengurangan sampah organik dan mendukung program darurat sampah.
Inisiatif ini turut mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya ketahanan pangan dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. (*)