PADANG, HARIANHALUAN.ID — Program Dari Nagari untuk Negeri (DAUN) yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) terus menuai tanggapan dari kalangan akademisi.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Andalas (Unand), Endrizal Ridwan, menilai bahwa program ini memiliki potensi besar untuk menghidupkan kembali sektor pertanian di Sumatera Barat yang selama ini mengalami penurunan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
“Selama ini sektor pertanian kita terus melemah, padahal dulu merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumbar. Ironisnya, kini banyak lulusan pertanian justru enggan terjun menjadi petani. Program DAUN ini bisa menjadi titik balik jika dijalankan dengan benar,” ujar Endrizal kepada Haluan, Minggu (3/8/2025).
Menurutnya, pendekatan yang dilakukan melalui program DAUN tidak hanya menyasar pemberdayaan petani konvensional, tapi juga mendorong regenerasi pelaku sektor pertanian melalui pelibatan petani milenial dan lulusan perguruan tinggi pertanian. Endrizal menekankan bahwa BI harus mampu menawarkan insentif yang layak agar profesi petani menjadi lebih menjanjikan di mata generasi muda.
“Jika insentif dan dukungan teknologi tidak disiapkan, maka anak muda akan tetap melihat dunia pertanian sebagai jalan buntu. Tapi dengan pendekatan holistik, termasuk dukungan modal dan upah yang sesuai, mereka pasti akan tertarik,” ujarnya.
Endrizal juga melihat bahwa program DAUN sejalan dengan misi BI dalam memperluas kemitraan ekonomi lokal, termasuk melalui sektor wastra (kerajinan tekstil tradisional), kuliner dan pariwisata. Program ini turut didukung oleh digitalisasi sistem pembayaran dan literasi keuangan di tingkat nagari melalui Nagari Go Digital.
“Digitalisasi memang penting, tapi tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada sinergi lintas sektor dan lintas wilayah. Jangan sampai antar daerah malah bersaing secara tidak sehat, padahal mereka bisa saling mengisi dan memperkuat,” ujarnya.
Namun demikian, Endrizal mengingatkan bahwa tantangan terbesar justru terletak pada implementasi program di lapangan. Ia menilai keberhasilan DAUN sangat bergantung pada kolaborasi antara BI, pemerintah daerah, serta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
“Kalau BI bergerak sendiri, saya khawatir program ini tidak akan berumur panjang. Dukungan OPD dan sinergi dengan kebijakan daerah sangat penting agar program ini bisa berkelanjutan. Apalagi kalau insentifnya berhenti di tengah jalan, petani milenial yang sudah dibentuk bisa kembali mundur,” ucapnya.