Dengan begitu, pengenalan rendang oleh Museum Adityawarman ini diharapkan tidak sebatas nostalgia bagi para peserta ICCN saja. Tentu harapannya, seluk beluk rendang yang telah tersimpan di ingatan mereka, kelak nantinya bisa mereka kenalkan ke daerah asalnya. Sehingga rendang pun tak hanya melebarkan nama ke penjuru daerah saja, tapi semakin menguatkan identitas budaya Minangkabau salah satunya melalui kuliner rendang tersebut.
Salah seorang peserta ICCN, Leo, merasa senang dengan agenda kunjungan ini. Meski sebelumnya hanya tahu rendang dari talase rumah makan Padang saja, akhirnya ia mendapatkan edukasi tentang rendang di tempat asalnya sendiri.
“Ini bagus, adanya museum rendang menunjukkan kebahagiaan mereka bahwa rendang itu identitas budaya mereka. Kita pun jadi tahu tentang rendang dari prosesnya, alat-alat tradisional yang digunakan, jenis-jenis rendang dan banyaklah pokoknya,” katanya.
Begitu juga kata Syukri, yang juga peserta ICCN. Menurutnya, kunjungan-kunjungan dalam konteks berwisata ini haruslah disematkan edukasi-edukasi semacam ini. Sebab, wisata tak hanya sekadar menikmati momen memanjakan mata dan perasaan, tapi perlu juga edukasi seperti pengenalan budaya melalui kunjungan ke museum.
“Jadi kita berwisata sambil belajar budayanya itu sesuatu yang tak ternilai dan sangat menyenangkan. Saya benar-benar menikmatinya dan seperti lengkap sudah kedatangan saya ke Padang ini. Bila orang bertanya, saya tak hanya bisa menceritakan daerah secara fisik saja, tapi saya bisa menceritakan budayanya, seperti rendang ini misalnya,” jelasnya. (*)