Pak Ong masih melihat rendahnya SDM karena ketidakberdayaan pendidikan tersebut. Sehingga hal itu memantik hati dan perasaannya untuk menyambungtangankan cita-cita pendidikan anak-anak muda di Sijunjung dan Sumbar.
“Alhamdulillah itu selalu saya lakukan bila berkesempatan. Kalau disebut, misalnya di Sijunjung sendiri, saya gratiskan dan saya bayarkan untuk orang-orang kampung saya, karena saya kan memiliki kebijakan. Dan itu tidak salah. Bahkan saya menyekolahkan 30 orang di INS Kayu Tanam, itu karena negosiasi saja, bukan saya yang membayar. Begitulah saya kekeh dengan pendidikan. Asal semangat dia untuk pendidikan, saya carikan jalannya,” katanya meyakini.
Novesar Jamarun seperti kacang tak lupa kulit. Katanya, semua orang bahkan yang tidak mampu pun memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Hanya saja, orang-orang di kampung memiliki keterbatasan jangkauan, sehingga hal itulah yang dijembatani Novesar untuk menyelamatkan mimpi-mimpi pendidikan yang akan muncul 10 atau 20 tahun kelak demi daerah dan bangsa ini nantinya. (*)