Untuk memastikan keberlanjutan, program TJSL di Sumbar dijalankan dengan model hexahelix yang melibatkan pemerintah, badan usaha, akademisi, media, agregator dan LSM.
“Kolaborasi ini berjalan sesuai peran masing-masing. Perusahaan sebagai penyedia dana, pemerintah sebagai pengawas sesuai RPJMD, akademisi sebagai sumber pengetahuan dan masyarakat sebagai penerima manfaat,” ujar Gusti.
Ia menegaskan pelaksanaan TJSL harus berbasis perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan agar tidak sekadar seremonial, tetapi benar-benar berdaya guna.
Di akhir, Gusti berharap masyarakat turut aktif mengawal dan melaksanakan program TJSL. Inovasi dan keberlanjutan menjadi kunci agar manfaat program tidak berhenti di satu periode saja. “Dengan kolaborasi bersama badan usaha, pemerintah, akademisi dan masyarakat, kita ingin melahirkan kemandirian bagi penerima manfaat,” tuturnya. (*)