Acara penandatanganan MoU ini juga dirangkai dengan Public Lecture bertema “Mewujudkan Sumatra Barat sebagai Green Province”.
Sesi ini menghadirkan Anggota Dewan Pembina WRI Indonesia, Dino Patti Djalal, yang membagikan pandangan strategis mengenai peran daerah dalam menghubungkan kekuatan lokal dengan agenda global.
“Sumatera Barat memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa. Jika dikelola dengan prinsip rendah emisi dan keberlanjutan, daerah ini bisa menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia, bahkan di tingkat dunia,” ucapnya.
Menurut Dino Patti Djalal, MoU ini adalah langkah nyata untuk menjembatani potensi lokal dengan solusi global sehingga pada akhirnya, Provinsi Sumatera Barat dapat melahirkan terobosan sebagai Green Capital of Sumatra.
Acara ini dihadiri lebih dari 150 peserta, terdiri atas perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Kelompok Perhutanan Sosial dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KPS/KUPS), akademisi dari berbagai universitas, serta organisasi mitra pembangunan, baik secara luring maupun daring.
Para perwakilan KUPS juga berkesempatan menampilkan beragam produk lestari mereka, mulai dari kopi, kue arai pinang, dan alat makan berbahan pelepah pinang, hingga madu dan parfum kemenyan.
Melalui kerja sama ini, kedua pihak berharap dapat mengembangkan model pembangunan daerah yang terintegrasi, rendah emisi, serta berbasis pengetahuan dan budaya lokal, demi meningkatkan ketangguhan Sumatera Barat menghadapi tantangan perubahan iklim.
Upaya ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah lainnya untuk memperkuat komitmen menuju pembangunan yang berkelanjutan. (*)