Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Tasliatul Fuadi menegaskan bahwa WCD 2025 harus menjadi momentum membangun kesadaran baru.
Menurutnya, menumpuk sampah di TPA bukan jawaban, melainkan sekadar memindahkan masalah akan tetapi kita belum memiliki teknologi pengolah sampah sehingga masih berujung ke TPA.
“Kalau pola konsumsi dan kebiasaan tidak berubah, TPA kita akan penuh terus. Solusinya ada di pemilahan sejak rumah tangga. Sampah anorganik bisa jadi nilai ekonomi jika dikelola lewat bank sampah. Itu yang sedang kami dorong,” jelas Fuadi.
Ia mengingatkan, terwujudnya lingkungan Sumatra Barat yang bersih dan sehat, tidak boleh berhenti pada momentum WCD 2025 ini saja. Kebiasaan ini juga harus tercermin dalam budaya sehari-hari masyarakat. Apalagi pada tanggal 1 Oktober nanti, akan ada peringatan HUT Sumbar ke-80.
“Lingkungan bersih bukan hasil dari aksi sehari, tapi budaya yang dibangun terus-menerus. Kalau kita ingin Sumbar dikenal bukan hanya karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga kesadaran warganya menjaga kebersihan, maka WCD harus jadi titik awal perubahan yg dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan melalui gotong royong secara berkala,” pungkasnya. (*).














