PADANG, HALUAN — Realisasi vaksin dosis pertama di Sumatra Barat akhirnya menyentuh angka 70 persen. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar per 15 Januari 2021, total realisasi vaksinasi telah mencapai 70.57 persen dari target sasaran keseluruhan sebanyak 4.408.509 orang.
Kabid SDK Dinkes Sumbar, Beniara Asmus mengatakan, vaksinasi dosis pertama berhasil menyasar 3.111.000 orang (70,57 persen). Sedangkan pada dosis kedua berhasil menyasar 2.029.036 orang (46,03 persen), dan dosis ketiga bagi tenaga kesehatan (nakes) berhasil menyasar 27.909 orang (0,63 persen).
Ia merincikan, vaksinasi saat ini menyasar lima kelompok, yakni nakes, petugas publik, lansia, masyarakat rentan, dan remaja. Untuk nakes, dari target sasaran sebanyak 32.391 orang, untuk dosis pertama berhasil menyasar 43.115 orang (133,11 persen). Sedangkan untuk dosis kedua berhasil menyasar 41.206 orang (127,21 persen). Sedang dosis kedua berhasil menyasar 27.909 orang (86,16 persen).
“Untuk target sasaran petugas publik sebanyak 400.274 orang, untuk dosis pertama berhasil menyasar 284.759 orang (71,14 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 250.321 orang (62,54 persen),” katanya kepada Haluan, Minggu (16/1).
Dari target sasaran lansia sebanyak 489.575 orang, untuk dosis pertama berhasil menyasar 259.513 orang (53,01 persen). Sedangkan dosis kedua berhasil menyasar 127.546 orang (26,05 persen).
Kemudian, dari target sasaran masyarakat rentan sebanyak 2.896.546 orang, untuk dosis pertama berhasil menyasar 1.978.330 (68,30 persen). Sedangkan dosis kedua berhasil menyasar 1.195.751 (41,28 persen).
Terakhir, dari target sasaran remaja sebanyak 589.723 orang, untuk dosis pertama berhasil menyasar 539.342 orang (91,46 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 414.212 orang (70,24 persen).
Terpisah, Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Satake Bayu menyebutkan, kendati telah mencapai target, pihaknya akan tetap gencar melaksanakan vaksinasi kepada masyarakat dengan mendirikan gerai-gerai vaksin di seluruh kabupaten/kota di Sumbar.
Ia menjelaskan, dengan capaian tersebut, masing- masing kabupaten/kota sudah bisa melaksanakan vaksinasi terhadap anak usia 6 hingga 11 tahun. “Saat ini Kota Padang masih terus menggenjot angka tersebut agar capaian vaksinasi 70 persen dan lansia 60 persen dapat tercapai, sehingga bisa melaksanakan vaksinasi anak usia 6 hingga 11 tahun,” ujarnya saat meninjau vaksin massal yang digelar Polsek Koto Tangah, Kota Padang, Sabtu (15/1).
Antisipasi Lonjakan Omicron
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan. Prediksi itu didasarkan pada keadaan penularan Omicron di beberapa negara terdampak.
Bahkan, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengaku telah menyampaikan kepada Presiden, Joko Widodo, mengenai prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia ini.
“Beberapa negara sudah mengalami puncak kasus omicron dan puncak tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, waktunya berkisar 35-65 hari,” kata Budi dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual, Minggu (16/1).
Dikatakannya, Indonesia pertama kali teridentifikasi Omicron pertengahan Desember, tapi kasus mulai naik awal Januari. “Nah, antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan cukup cepat dan tinggi,” tuturnya.
Budi meminta seluruh pihak agar bersiap mengantisipasi lonjakan kasus ini. Namun, ia meminta agar masyarakat tak perlu merasa panik. Pasalnya, dari situasi di beberapa negara, tingkat keparahan yang membuat seorang pasien Covid-19 varian Omicron masuk rumah sakit dan perlu dirawat intensif terbilang rendah.
“Sudah terlihat di negara-negara tersebut hospitalisasinya antara 30 persen sampai 40 persen (dibandingkan) dari hospitalisasi Delta. Jadi, walaupun kenaikan lebih cepat dan tinggi, jumlah kasus yang akan lebih banyak dan penularan lebih cepat, tapi hospitalisasi lebih rendah,” ujar Budi.
Di sisi lain Kemenkes juga telah menyiapkan opsi isolasi mandiri bagi pasien positif Covid-19 dengan varian Omicron. Opsi ini akan diterapkan apabila kasus omicron terus melonjak, yang kini sudah mencapai 748 kasus.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan, kebijakan yang berlaku saat ini adalah semua pasien omicron harus menjalani isolasi terpusat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran ataupun di sejumlah rumah sakit rujukan. Namun, kebijakan ini bakal diubah jika kasus omicron terus melonjak.
“Ke depan, kalau jumlah kasus omicron terus bertambah, kemungkinan isolasi akan dilakukan dengan cara isolasi mandiri,” kata Nadia.
Penerapan kebijakan isolasi mandiri ini, kata dia, bakal disertai pengawasan ketat oleh petugas Puskesmas dan fasilitas kesehatan setempat. Selain itu, akan disediakan pula layanan telemedicine alias konsultasi dengan dokter secara jarak jauh menggunakan gawai.
Di sisi lain, Nadia mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan pengetesan Covid-19 dan pelacakan kasus. Apabila ditemukan kasus omicron, pemerintah daerah diminta segera melokalisasi area tempat kasus berada atau micro lockdown. Dengan demikian, klaster penularan dan lonjakan kasus dapat dicegah.
Sebelumnya diberitakan, Kemenkes menemukan 748 kasus Covid-19 dengan varian omicron hingga Sabtu (15/1). Sebanyak 155 di antaranya akibat transmisi lokal. Lalu, 569 kasus lainnya terjadi pada pelaku perjalanan luar negeri. Sisanya 24 kasus masih dalam tahap pemeriksaan lanjutan. Kemenkes juga mencatat adanya 1.800 kasus probable omicron. Seribu lebih kasus diduga Omicron ini masih dalam tahap pemeriksaan lebih lanjut. (h/yes)