Berurai Air Mata, Jemaah Haji Termuda yang Mundur Demi Ibunya Akhirnya Bisa Terbang ke Tanah Suci

HARIANHALUAN.id – Kedatangan jemaah haji di Asrama Haji Embarkasi Padang, Jumat (1/7) diwarnai isak tangis keluarga. Rasa haru makin kental ketika lantunan shalawat badar menggema menyambut kedatangan jemaah Kloter VIII Embarkasi Padang ini.

Suasana haru biru tak terbendung saat jemaah haji turun dari kendaraan yang membawa mereka dari kampung halaman. Rasa haru bercampur bahagia menyelimuti keluarga jemaah haji. Dua tahun tertunda, penantian panjang terobati dengan panggilan ke Tanah Suci.

Itu jua yang dirasakan Elvi Susanti Karimik usia 45 tahun, nomor manifes 135 asal Kabupaten Limapuluh Kota. Keharuan keluarga Elvi menghipnotis jemaah dan petugas yang menyambut kedatangannya.

Terlebih lagi Elvi yang berangkat bersama putranya, tanpa didampingi suami.  Putra kedua Elvi, Prasbianto Heris Timan merupakan jemaah termuda di Kloter VIII ini  yang menginjak usia 20 tahun 11 bulan.

Menurut pengakuan Elvi, suaminya yang bernama Heris Timan putra asal pulau jawa itu, belum bisa berangkat karena lebih mengutamakakan istri dan anaknya. 

“Mungkin beliau punya alasan yang tidak bisa ia ungkapkan kepada kita. Hanya beliau dan Allah yang tahu. Mudah mudahan setelah keberangkatan kita ke tanah suci ini terbuka hatinya untuk mendaftar haji,” tutur Elvi.

Heris Timan yang berprofesi dan memiliki usaha furnitur ini mendaftarkan haji istrinya tahun 2011 lalu, saat Pras putra keduanya berusia 10 tahun dan masih duduk dibangku kelas 4 SD.

Kini Pras kecil sudah beranjak dewasa dan sedang menjadi mahasiswa semester 4, Universitas Muhammadiyah Bukittinggi mengambil jurusan Ilmu Hukum.

Diakui Elvi yang didampingi ASN Kemenag Limapuluh Kota ini, keberangkatan ibu dari 4 (empat) putra ini diwarnai kisah yang mengharukan.

Elvi sebagai jemaah cadangan, awalnya tidak terpanggil untuk berangkat, justru anaknya yang menerima panggilan dari Kemenag Limapuluh Kota. Karena menghargai mamak, panggilan Pras kepada ibunya, ia mengundurkan diri dan mengikhlaskan ibunya yang berangkat.

“Ini pilihan dan pertimbangan yang berat bagi keluarga besar. Ibuk saya (nenek Pras) memaksa saya untuk tetap berangkat. Namun saya berat hati karena ini porsi anak saya,” ceritanya dengan penuh haru.

Tapi Allah berkendak lain, empat hari sebelum keberangkatan jemaah Limapuluh Kota ke Embarkasi Padang, datang panggilan Kemenag untuk Pras berangkat ke Tanah Suci.

“Kami langsung sujud syukur, menangis dan terharu sekaligus bahagia. Ternyata doa doa kami selama satu minggu dijawab oleh Allah SWT. Saya dan anak saya diizinkan Allah berangkat ke Tanah Suci, secara bersamaan” ungkapnya.

Belum usai sampai di situ, koper untuk Pras juga berbeda dengan milik Elvi. Karena stock Koper yang tersisa hanya koper tahun 2012 berwarna hijau sementara koper yang sekarang berwarna hitam.

Namun hal itu tidak jadi persoalan bagi Pras, semua rasa yang ada, sudah tertutupi dengan panggilan ke Tanah Suci. Hanya rasa haru dan bahagia yang menyelimuti hati Pras dan sang Ibunda atau Mamaknya.

“Alhamdulillah, kita merasa senang dan bahagia, karena sebagai jemaah cadangan belum ada kepastian berangkat. Namun kita tetap melaksanakan semua proses yang disarankan Kemenag,” ulas Pras.

Sesampai di Tanah Suci, Pras ingin mengucapkan doa untuk bapak panggilan untuk ayah Pras, semoga beliau menyusul ke tanah suci,” ungkap Pras mengakhiri.

Pras bersama 138 jemaah Kloter VIII akan terbang ke Tanah Suci bersama jemaah Ujung Pandang (UPG) 19 Makassar, esok pada pukul 13.50 WIB dari Bandara International Minangkabau menuju Jeddah.

Kedatangan jemaah haji Kloter VIII ini disambut Kakanwil Kemenag Sumbar  diwakili Kabag TU, Miswan, Kabid PHU Joben, Kabid Papkis Naharuddin dan Kepala UPT Asrama Haji, Afrizen bersama seluruh  PPIH dan P3IH Kanwil Kemenag Sumbar. (*)

Exit mobile version