HARIANHALUAN.id — Perayaan Idul Adha 1443 H/2022 M menjadi momen bersejarah bagi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Helmi. Ia didapuk sebagai khatib Shalat Idul Adha di hadapan ribuan warga Sumbar, Minggu (0/7).
Shalat yang dipusatkan di Halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat, jalan Sudirman ini juga dhadiri Gubenrur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, Kapolda dan pimpinan Forkopimda, Kepala UPT Asrama haji dan jajaran Kemenag Sumbar. Bertindak sebagai imam buya Mukhlis.
Dalam kesempatan itu Kakanwil yang didampingi Ketua Dharmawanita, Ny Nazifah Helmi menyampaikan esensi dari ibadah qurban ialah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna.
“Mari wujudkan jiwa berkurban dalam segala lini kebaikan hidup. Lebih-lebih pasca masa pandemi dimana banyak orang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan lainnya,” ungkap Kakanwil.
“Kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan yang tulus sebagai sesama anak bangsa,” imbuh Kakanwil Kemenag di hadapan ribuan jemaah Idul Adha.
Dalam khutbahnya, Kakanwil juga membeberkan 3 (tiga) keutamaan yang dimiliki nabi Ibrahim dalam membangun peradaban Islam.
Pertama, Mampu mengangkat kembali derjat masyarakat Makkah, bahkan nabi ibrahim membangun kembali Kabah. Kedua nabi Ibrahim rela mengurbankan anaknya demi Allah. Ketiga, Membangun basis ekonomi kerakyatan dan aling membantu antar sesama.
Disebutkan mantan Kakan Kemenag Kabupaten Solok dan Padang Pariaman ini hamba yang mantap kualitas imannya dibuktikan dengan kualitas syukurnya kepada Ilahi Rabbi. Bertambah ilmunya, semakin bertambah Tawadhuknya kepada Allah dan Berttambah kasih sayangnya kepada sesame
“Bertambah amalannya, maka semakin bertambah rasa takut dan kehati-hatiannya. Bertambah umurnya semakin berkurang kecintaannya kepada kehidupan dunia. Bertambah hartanya, semakin mantap kedermawanan dan harmonisasi sosialnya. Bertambah mantap kedudukannya, semakin dekat dengan umat dan semakin rendah hatinya,” ulas Helmi panjang lebar
Kakanwil juga mengimbau, pasca Idul Adha setiap muslim perlu menyebarluaskan dan mempraktikkan ta’awun dan ukhuwah atau solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah, menyadarkan kaum kaya agar mau berbagi, dan menebar serba kebajikan dengan sesama yang bersifat melintasi.
“Budaya dan praksis solidaritas sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi sosial yang memupuk benih-benih toleransi, harmonisasi sosial, damai, dan saling memajukan yang membawa pada kebajikan hidup kolektif yang luhur dan utama,” pungkas Kakanwil.
Diujung khutbahnya Kakanwil Kemenag mengajak masyarakat untuk menerapkan 3 Perekat peradaban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ukhuwwah Islamiyah atau Ikatan Keagamaan. UkhuwwahWathaniyah atau ikatan kebangsaan dan ukhuwwah Basyariyah atau Insaniyah yaitu ikatan kemanusiaan.
Ketiga ikatan ini kata Helmi merupakan upaya yang sangat signifikan dalam rangka membangun serta meningkatkan peradaban bangsa, apalagi Ranah Minang terkenal dengan falsafah adaik basandi syara, syarak basandi kitabullah, syara mangato, adaik mamakai.
“Marilah kita jaga tradisi dan kita kawal inovasi dalam rangka memantapkan keberagamaan dan merawat keberagaman di Ranah Minang yang kita cintai ini dengan melangitkan do’a dan membumikan tradisi yang ruhnya adalah Kalam Ilahi,” tandas Kakanwil.
“Praktik keagamaan dalam kehidupan sosial yang indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual ibadah semata, tetapi harus mewujud dan menyebarluas sepanjang masa dalam kehidupan sebagai pantulan iman dan ihsan yang merahmati semesta alam di Ranah Minang yang kita cintai ini,” ajaknya mengakhiri. (*)