Pengecoran jalan sepanjang 2 km lebih dengan lebar 1,5 meter ini, sebut Rafdi, telah dimulai sejak beberapa minggu lalu. Dan sekitar 500 meter dari panjang jalan telah selesai dicor oleh masyarakat secara swadaya.
Salah seorang peladang bernama Irman mengatakan, di Bukit Nabu ini ada sekitar 50 orang peladang dengan total luas areal ladang lebih dari 100 Ha. Mayoritas peladang adalah masyarakat Limau Manis. Selain durian dan manggis, komoditas lainnya di Bukit Nabu ini ada petai, pokat dan saus. Ketika panen, para peladang mengangkut hasil panen dengan cara dipikul.
“Kami pun harus berjalan sejauh 1-2 km untuk mengangkut hasil ladang keluar. Apalagi, turunan yang tajam dan licin, menjadi kendala selama ini bagi kami para Padang Bukit Nabu. Kalau lagi musim durian atau manggis dan lain-lain, kami pun juga sering memakai jasa orang lain untuk mengangkut hasil ladang, upahnya pun bervariasi,” katanya.
Untuk jarak 1 km saja, lanjutnya, upahnya Rp25 ribu/pikul (tenaga manusia). Dan rata-rata beratnya 30 kg. Kalau jarak lebih dari 1 km, upah pikulnya juga bertambah.
“Jika pengecoran jalan ini sudah selesai, kami tidak perlu lagi memakai jasa orang lain untuk membawa hasil ladang keluar. Karena, sepeda motor sudah bisa mengakses Bukit Nabu. Dan tentunya, jumlah yang dikeluarkan per harinya bisa lima kali lipat dari biasanya, bahkan lebih,” ujarnya.
Kepala Unit CSR Semen Padang, Rinold Thamrin mengatakan, bantuan semen ini bagian dari mendukung program Pemko Padang, yaitu #PadangBerGoro. Bagi PT Semen Padang, bantuan semen untuk pengecoran jalan ke Bukit Nabu, termasuk ke Bukit Aua, juga bagian dari program TJSL perusahaan.