Ia menambahkan, data riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada balita adalah 30,8 persen, kemudian berdasarkan hasil SSGI Sumatra Barat dari 27,47 persen menjadi 23,3 persen dan angka prevalensi stunting Kabupaten Pasaman Barat 24,0 di atas rata-rata Provinsi Sumbar.
Sementara itu, Bupati Hamsuardi mengatakan, pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan pilar bagi pencapaian visi Indonesia 2045, yaitu manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan yang komprehensif damai dalam interaksi sosialnya dan berkarakter kuat. Visi tersebut akan sulit dicapai jika permasalahan gizi di Indonesia tidak diatasi secara serius.
“Sesuai dengan hasil SSGI Tahun 2021, Pasaman Barat Alhamdulillah bisa menurunkan angka prevalensi stunting dari 31,66 persen menjadi 24 persen. Walaupun capaian kita sudah baik, namun target yang disampaikan Presiden adalah 14 persen pada 2024,” katanya.
Oleh karena itu lanjut Hamsuardi sisa waktu lebih kurang dua tahun perlu sekali kerja yang ekstra untuk bisa dilakukan percepatan penurunan stunting koordinasi dan kerja sama konvergen itu sangat penting.
Ia melanjutkan, dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2002 tentang percepatan penurunan stunting strategi yang perlu dioptimalkan adalah menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan akses air minum dan sanitasi.
Dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting perlu dibentuk tim yang bertugas untuk mengoordinasikan mensinergikan dan mengevaluasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting secara efektif konvergen dan terintegrasi, dengan melibatkan lintas sektor di setiap tingkat wilayah mulai dari pusat provinsi hingga ke tingkat nagari yang dikenal dengan tim percepatan penurunan stunting. (*)