Ancaman multidimensi, lanjut Mayjen Syachriyal, menjadi salah satunya faktor bidang energi yang dapat disinergikan bersama. Krisis energi tentu bisa menimbulkan ancaman, namun ketersediaan energi yang disanding dengan kesimpangsiuran kebijakan bidang energi pun dapat menimbulkan ancaman.
Sementara itu Brigjen Elphis Rudi menyampaikan, fokus KKDN Wantannas di PLN adalah studi tentang bagaimana Sumbar mengelola energi listrik sehingga dapat surplus cukup besar.
‘’Sumbar adalah daerah percontohan ketahanan energi, dimana keadaan eksisting surplus dan stabil. Menarik mempelajari mengapa ada provinsi yang surplus dan ada yang tidak, kemudian masing-masing provinsi dapat saling mendukung dengan interkoneksi,’’ ungkapnya.
Brigjen Elphis kemudian menginformasikan, Wantannas berencana untuk melakukan revitalisasi energi geotermal untuk perbaikan ketersediaan energi di Indonesia dan bermaksud mempelajari apakah dapat menjadi solusi tepat.
Toni menanggapi, kondisi kelistrikan Sumbar saat ini memang sangat baik dan andal. Sumbar memiliki cadangan daya 182,52 MW dari total daya yang dihasilkan yaitu 778,42, artinya ada surplus daya energi listrik sebesar lebih kurang 23,45% setiap harinya. ‘’Lebih dari 50% sumber pembangkit pemasok daya ini merupakan pembangkit EBT. Artinya Sumbar sangat mendukung target penggunaan energi bersih oleh pemerintah,’’ jelasnya.
Rasio elektrifikasi di Sumbar, sambung Toni, pun telah mencapai angka menggembirakan, yaitu 98,78%. Setelah 3 Desa di Mentawai berhasil terlistriki dalam waktu dekat, Rasio Elektrifikasi Sumbar akan mencapai 100%.