“Jadi kami juga akan dibantu oleh Food Station tidak hanya pemasaran, tetapi juga membatu petani kami, bagaimana mendapatkan beras yang baik dan sebagainya,”kata Epyardi.
Tak hanya itu, mantan kapten kapal ini juga mengungkap terkait harga beras, terutama setelah adanya kenaikan harga BBM. Ia ingin petani tidak merasa rugi, pihak Food Station pun bisa menerima dengan baik.
“Pada tahap awal ini Food Station mengambil beras kami dengan harga Rp14.500. Harga tersebut memang belum menjadi patokan tetap, karena pengaruh naiknya harga BBM juga berimbas kepada kebutuhan biaya transportasi. Namun, kami juga sudah membicarakan penyesuian harga dengan Food Station,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Epyardi, Beras Solok saat ini sudah beredar di marketplace atau toko online dengan harga yang jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukan beras tersebut yang dicari oleh konsumen.
“Itu kalau kita buka di toko online harganya ada yang Rp36 ribu per liter. Tapi itu belum ada jaminan juga beras itu murni,” kata Epyardi.
Terkait dengan kemurnian beras tersebut, Epyardi mengajak para investor untuk membangun pabrik pengemasan beras yang berstandar nasional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu Beras Solok.
“Saya sudah sering menginformasikannya, baik melaui media dan lain-lainnya agar siapa saja yang mau berinvestasi untuk pabrik beras. Karena jujur kalau pemkab sangat terbatas dari segi anggaran,” ucapnya.