HARIANHALUAN.ID – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2019-2021), mengungkap Kabupaten Solok memiliki penduduk miskin nomor tiga terbesar di Sumatra Barat (Sumbar) di bawah Mentawai, dan Pesisir Selatan (Pessel).
Padahal daerah ini memiliki kekayaaan alam yang melimpah, dan tanah yang subur. Bahkan alam yang kaya itu dapat digambarkan melalui penyanyi Koes Plus dalam lirik lagunya, tanah kita tanah surga. Tongkat, dan kayu bisa jadi tanaman.
Dengan luas wilayah 3.738 km², Kabupaten Solok memiliki topografi yang berbukit serta memiliki zona iklim seperti panas, sejuk dan dingin. Ketinggian wilayah ini tercatat dari 329 meter –1.458 meter di atas permuakaan laut. Tak hanya itu, Kabupaten Solok satu-satunya yang memiliki lima danau.
Alam yang subur ini menjadikan Kabupaten Solok adalah sentral bawang berkualitas di Sumbar. Apalagi dikenal sebagai lumbungnya beras terbaik. Tak mudah memang. Perlu kerja keras untuk memulihkan atau membangkitkan dari ketinggalan dan menjadi daerah miskin. Pemerintah harus kreatif, dan memiliki jejaring.
Dari potensi yang ada. Menggenjot pemasaran hasil pertanian salah satu caranya. Produk tani harus dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Jika serius, bukan tidak mungkin pertanian tradisional bisa menjadi industri.
Upaya untuk membangkitkan itu terlihat di halaman Kantor Bupati Solok, Arosuka, pada Kamis (15/9/2022). Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok membuat gebrakan dengan menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov DKI Jakarta, yakni PT. Food Station Tjipang Jaya.
Sebanyak 10 ton beras murni varietas anak daro berhasil dilepas perdana ke Jakarta. Beras yang menjadi andalan banyak rumah makan Minang (Padang) itu dipasarkan oleh Food Station, dan siap disantap masyarakat ibukota. Apalagi Jakarta adalah etalasenya Indonesia.
Di antara beras yang ada di nusantara, Beras Solok (Bareh Solok) sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Nama beras ini juga dipopulerkan melalui lagu Bareh Solok oleh Elly Kasim. Namun, belum tentu semua masyarakat yang pernah mencicipinya, hal ini karena keterbatasan produksi, dan beredarnya beras yang sudah dicampur (tidak murni).
Diambilnya beras tersebut oleh Food Station juga momen untuk mengenalkan kembali beras murni varietas Anak Daro yang sudah terdaftar menjadi Indikasi Geografis (IG) di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham RI). Dan ini juga langkah baru dan perdana yang melibatkan pemerintah daerah.
“Kami pemerintah harus hadir di tengah masyarakat. Bagaimana potensi besar kami di Kabupaten Solok berupa beras ini harus dikenal se-Indonesia. Tak hanya namanya, tapi juga dapat dirasakan betapa enaknya beras kami di Solok ini,”tutur Epyardi.
Diungkapkannya, upaya kerja sama dengan Food Station sudah ia dijajaki diawal ia menjabat. Namun, dengan segala keterbatasan pihaknya baru berhasil mengirimkan beras 10 ton.
“Ini langkah awal yang baik. Bahkan Food Station sudah meminta beras kami 200 ton per bulan. Tapi karena kami masih terbatas seperti kemarau yang sempat melanda, hama tikus, dan baru-baru ini naiknya harga BBM, jadi kami baru bisa kirim 10 ton. Dan itu pun sebenarnya ada beras yang mau dikirim ke Lampung, karena kami juga menjalin kerja sama dengan berbagai daerah di Sumatera,” kata Epyardi.
Ia meyakinkan, pengiriman selanjutnya akan ditingkatkan terutama pihak Food Station juga ikut membantu memberdayakan petani Kabupaten Solok.
“Jadi kami juga akan dibantu oleh Food Station tidak hanya pemasaran, tetapi juga membatu petani kami, bagaimana mendapatkan beras yang baik dan sebagainya,”kata Epyardi.
Tak hanya itu, mantan kapten kapal ini juga mengungkap terkait harga beras, terutama setelah adanya kenaikan harga BBM. Ia ingin petani tidak merasa rugi, pihak Food Station pun bisa menerima dengan baik.
“Pada tahap awal ini Food Station mengambil beras kami dengan harga Rp14.500. Harga tersebut memang belum menjadi patokan tetap, karena pengaruh naiknya harga BBM juga berimbas kepada kebutuhan biaya transportasi. Namun, kami juga sudah membicarakan penyesuian harga dengan Food Station,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Epyardi, Beras Solok saat ini sudah beredar di marketplace atau toko online dengan harga yang jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukan beras tersebut yang dicari oleh konsumen.
“Itu kalau kita buka di toko online harganya ada yang Rp36 ribu per liter. Tapi itu belum ada jaminan juga beras itu murni,” kata Epyardi.
Terkait dengan kemurnian beras tersebut, Epyardi mengajak para investor untuk membangun pabrik pengemasan beras yang berstandar nasional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu Beras Solok.
“Saya sudah sering menginformasikannya, baik melaui media dan lain-lainnya agar siapa saja yang mau berinvestasi untuk pabrik beras. Karena jujur kalau pemkab sangat terbatas dari segi anggaran,” ucapnya.
Direktur Operasional PT. Food Station Tjipinang Jaya, Andre Maulana megatakan pihaknya tidak hanya menjualkan Beras Solok di Jakarta, tetapi juga bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup petani.
“Jadi kami ingin terlibat dengan proses budidaya pertaniannya. Karena kami punya teknologi pertanian yang dapat meningkatkan hasil pertanian, kalau meningkat eknomi petani juga bisa meningkat,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikannya, Beras Solok sudah dikenal bahkan di Jakarta sudah banyak yang menjualnya. Namun, tidak dapat dipastikan apakah beras itu murni Beras Solok varietas Anak Daro atau Cisokan.
Namun, untuk kerja sama dengan Pemkab Solok, bupati menjamin beras yang dihasilkan petani melalui binaan Pemkab Solok dari bibit murni.
“Pak bupati menjamin bibit itu yang sudah dimurnikan, tentunya kami ingin menjual Beras Solok yang murni. Di Jakarta banyak Beras Solok, tapi tidak ada yang menjamin apakah itu beras Palembang lalu dikemas jadi Beras Solok,” ucapnya.
Andre Maulana menjelaskan, Food Station memilki target bagaimana memperkenalkan Beras Solok ke masyakarat. Karena, menurutnya di Jakarta ada sekitar 1 juta lebih masyarakat keturunan Minangkabau.
“Soal harga ini tentu akan kompetitif. Kami menjual beras premium dan kami ada 30 ribu ritel di Indonesia. Beras Solok ini masuk rumah makan Padang, hotel dan di e–commerce kami. Jadi soal Beras Solok pedagang kami positif. Jadi, Insyalallah 10 ton ini segera habis,” ucapnya.
Karakter Bareh Solok
Pemulia padi varietas Anak Daro, Syahrul Zen mengatakan, rasa nasi itu ditentukan oleh preferensi dan mempunyai kategori. Di antaranya beras pulen dan pera. Beras pulen jika dimasak teksturnya lunak dan lengket (bergetah). Sedangkan jenis pera lembut, tapi tidak lengket atau bakarai.
Namun, penikmat jenis beras perah ini banyak disukai di dua daerah di Indonesia yakni di Sumbar dan Kalimantan Selatan.
“Beras pera ini yang berkembang umumnya disukai etnis minang. Selain itu beras pera dalam analisa kimianya memiliki amilosa di atas 5 persen. Kemudian ada beras pulen yang amilosanya di bawah 25 persen, beras ini yang disukai di luar Sumbar. Untuk beras pera selain di Sumbar ada sebagian kecil di Kalimantan Selatan yang menyukai jenis ini,” tuturnya.
Disampaikannya, ada kecendruangan unik selera masyarakat di Sumbar dalam memilih (mengelompokkan) beras.
Dicontohkannya, beras nasional dan internasional memiliki ciri ramping dan panjang. Untuk di Sumbar, meskipun berasnya pera, tetapi jika memiliki ciri ramping dan panjang itu, akan dimasukkan ke kategori 2 oleh masyarakat.
“Masuk kategori 2 kalau ciri-cirinya seperti itu, termasuk pedagang juga mempunyai peran dalam mengelompokkannya. Ini terjadi pada varietas Batang Piaman yang panjang dan ramping. Padahal Batang Piaman masuk beras bagus. Jadi di Sumbar ini kecendrungannya berasnya tidak terlalu panjang, tidak juga terlalu pendek, dan bulat. Nah yang disukai itu ada pada Beras Solok seperti Anak Daro, 42 dan Sokan,” kata Zen.
Dijelaskannya, Solok dan daerah lain di Sumbar mempunyai perbedaan dari hasil berasnya. Bahkan di Solok sendiri tidak semua wilayah yang menghasilkan beras yang bagus.
Diungkapkannya, kelas tertinggi di Solok ada di sekitar Nagari Jawi-Jawi dan Talang, karena di lokasi ini iklim dan lingkungan sangat menentukan produktifitas. Bahkan dapat mempengaruhi rasa.
“Iklim daerah sedang itu mempengaruhi produktiftas, intensitas kemarau, jadi mataharinya tinggi sempurna airnya cukup. Tapi perbedaan suhu siang dan malam nyata,” tuturnya.
“Contoh kalau di Nagari Guguak (Kabupaten Solok) malamnya dingin tampak sekali kontrasnya. Sedangkan di Padang itu tidak terjauh perbedaan suhu antara siang dan malamnya. Jadi di malam itu ada perombakan karbohidrat dan gula, sehingga mengakibatkan produktifitas itu tinggi di daerah dataran sedang,” ujarnya.
Ia menyebutkan, iklim juga berpengaruh pada tanaman. Semakin tinggi tanaman semakin tinggi elevasi, umurnya makin panjang.
Disampaikannya, jika varietas Sokan ditanam di dataran rendah seperti di Padang umurnya hanya bisa 100 hari. Sementara jika ditanam di daerah Jawi-Jawi bisa mencapai 115 dan 120 hari. Dan tinggi tanaman di suhu rendah dapat berkurang (pendek).
Menurutnya, dalam pemilihan varietas diperlukan vairietas yang mau beradaptasi dengan lingkungan. Umumnya varietas yang bisa bertahan dengan ketinggian mencapai ketinggian 700 meter dari permukaan laut.
“Untuk di atas 700 meter, suhunya sangat berpengaruh. Kalau Sokan dianjurkan hanya sampai ketinggian 700-800 seperti di Padang Panjang. Tapi dengan catatan pada musim hujan usahan jangan ditanam, karena pada musim itu ketehanan penyakit pada varietas ini rentan,” ucapnya.
Sementara untuk Anak Daro dari hasil pengalaman petani, mampu bertahan di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. “Itu di daerah Pandai Sikek. Saya pernah melakukan penilitian di situ. Tapi produktifitasnya tentu berbeda dengan yang 800 mdpl,” katanya. (*)