Departemen Kebidanan FK Unand Laksanakan Workshop Bundo Kanduang Dalam Rangka CoE dengan Dukungan UNFPA

Kebidanan FK Unand

HARIANHALUAN.ID – Terpilihnya Program Studi (Prodi) Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai salah satu Center of Excellent Pendidikan Kebidanan, yang  merupakan suatu program yang dibina oleh Direktorat Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan melalui program kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dengan United Nations Population Fund (UNFPA) dan Global Affairs Canada (GAC), dalam upaya mencetak pendidikan kebidanan yang berkualitas tinggi.

Sebagai salah satu rangkaian kegiatan CoE tersebut, Program Studi Kebidanan FK Unand menggelar workshop kedelapan  dengan tema “Peran Bundo Kanduang dalam Pemberdayaan Perempuan” secara online via zoom pada 4 Oktober 2022.  

Kegiatan workshop ini digelar secara online via zoom dengan diikuti sebanyak lebih kurang 100 peserta yang hadir, meliputi Dekan FK Unand, Ketua IBI Pusat, Ketua AIPKIND, perwakilan UNFPA, Kemenkes RI, perwakilan Pemerintah Canada, Dosen Prodi Kebidanan FK Unand, serta undangan seperti Bundo Kandung Sumatra Barat, perwakilan RS Unand, preseptor puskesmas wilayah Kota Padang, preseptor dari praktik mandiri bidan wilayah Sumatra Barat, serta mahasiswa kebidanan dan alumni.

Ketua AIPKIND, Jumiarni Ilyas menyampaikan bahwa banyak pembelajaran yang didapat  sampai dengan workshop kedelapan ini. Tema saat ini sangat menarik, karena melihat aspek-aspek sosial budaya.

“Kita senang dan sangat berharap kebidanan Unand nantinya akan menghasilkan panduan-panduan yang spesifik. Diharapkan dalam rangkain kegiatan CoE ini kita mencoba menggali model praktik yang sebenarnya. Saya sendiri sangat tertarik dengan konsep bundo kandung dalam pengaruhnya terhadap kesehatan ibu dan anak yang merupakan ciri khas budaya Minang,” ujarnya.

Kegiatan workshop ini dibuka oleh Dekan FK Unand, Afriwardi, sekaligus dalam sambutannya menyampaikan bahwa bundo kandung merupakan suatu kearifan lokal, perannya yang akan dilihat dalam kesehatan reproduksi perempuan.

“Di ranah Minang peran ibu ini sangat menjadi bagian penting. Sebutan bundo kandung menjadi ciri khas di Minang. Sehingga nanti akan kita lihat bagaimana peran bundo kandung ini dalam kesehatan perempuan nantinya,” katanya.

Ketua Departemen Kebidanan Fakultas Kedokteran Unand, Yulizawati mengatakan bahwa workshop ini merupakan rangkaian yang kedelapan. Namun merupakan workshop kedua yang didanai oleh fakultas sebagai bentuk dukungan dalam program hibah CoE.

Kali ini megangkat tema bundo kandung dan perannya dalam kesehatan perempuan. Ini hal yang menarik untuk masyarakat Minang, karena mengingat bundo kandung memiliki posisi dan kedudukan sosial yang sangat penting.

Rangkaian kegiatan ini sebagai persiapan untuk pendirian klinik Fakultas Kedokteran Unand di kawasan pondok Kota Padang. “Melalui kegiatan ini diharapkan kita bisa menerbitkan modul yang nantinya akan dibuatkan ISBN dan HAKI-nya,” ucapnya.

Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan, Rafika Oktova menyampaikan bahwa acara ini diisi oleh dua narasumber dalam negeri. Sebagai narasumber pertama, yaitu Zurmailis dengan mengusung dua materi disesi pertama tentang “Konsep dan Filosofi Bundo Kandung (Persepsi Adat dan Agama) dan Peran Bundo Kanduang dalam Pemberdayaan Perempuan (Menjaga Kesehatan Reproduksi)”.

Narasumber kedua dari Gemala Ranti (Kadis DP3AP2KB Sumatra Barat) dengan mengusung materi tentang “UU Kebijakan tentang Perempuan dan Gender dari Berbagai Perspektif”.

Antusias dan partisipasi dari narasumber dan peserta pada kegiatan ini terlihat dari diskusi dan tanya jawab yang berlangsung aktif. Hal menarik bagi peserta untuk melihat peran bundo kandung terhadap kesehatan perempuan.

Sebagai salah satu contoh terkait pemberian obat-obat tradisional pada perempuan yang masih belum sesuai dan tidak sesuai evidance based, walaupun tujuan utamanya adalah sama-sama untuk meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan. Kemudian juga terkait penggunaan alat dan teknologi untuk pengasuhan anak yang merugikan dan berpengaruh pada masa depan anak, serta ketidaksetaraan gender yang masi merugikan perempuan.

“Untuk itu, hal-hal semacam ini sebetulnya perlu menjadi perhatian kita bersama, menjadi tugas kita bersama terutama tenaga kesehatan untuk meneliti dampak-dampak negatif yang merugikan perempuan dan anak nantinya. Sehingga hasil temuan-temuan inilah nantinya yang akan kita sosialisasikan untuk meluruskan hal-hal yang masih belum sesuai, terutama menyangkut peran bundo kandung dalam kesehatan reproduksi perempuan,” tuturnya. (*)

Exit mobile version