Ketua PKK Titi Hamsuardi: Jika Ada Kekerasan Terhadap Perempuan Laporkan ke P2TP2A

Ketua PPK Pasaman Barat Titi Hamsuardi

Ketua PPK Pasaman Barat Titi Hamsuardi

HARIANHALUAN.ID – Diimbau kepada masyarakat yang mengetahui ada kekerasan terhadap perempuan dan anak, jangan segan-segan untuk melapor ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar). 

Hal ini disampaikan Ketua TP PKK yang juga Ketua P2TP2A setempat Titi Hamsuardi. Menurutnya, karena kekerasan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Perlindungan hak-hak kaum perempuan menjadi sangat penting, karena kaum perempuan seringkali mengalami ragam bentuk diskriminasi. 

“Apalagi saat ini Pemkab Pasbar sudah mempunyai perda tentang perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan. Bahkan telah menyosialisasikan berbentuk program Nagari Ramah Perempuan Peduli Anak. Masyarakat juga dapat melaporkan kasus kekerasan ke P2TP2A Pasbar yang merupakan pusat pelayanan terpadu perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Pasaman Barat,” kata Titi Hamsuardi, Senin (10/10/2022).

Ia menambahkan, beberapa bentuk kekerasan bagi perempuan, yaitu kekerasan fisik, psikis dan  penelantaran. Sedangkan kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual, serta pornografi. 

“Salah satu perlakuan diskriminasi terhadap perempuan adalah kekerasan berbasis gender yang dialami oleh perempuan berupa kekerasan seksual, kekerasan fisik, perdagangan orang, eksploitasi seksual, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan lainnya,” ucap Titi Hamsuardi. 

Ia juga menyatakan bahwa sebagai kelompok rentan, sudah sewajarnya perempuan mendapat perlakukan khusus dan perlindungan dari kekerasan yang berbasis gender guna terwujudnya kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. 

Selain itu, bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan dan anak baik secara fisik, psikis atau yang lainnya akan mengakibatkan trauma yang berujung kepada penderitaan atau kesengsaraan perempuan dan anak. 

“Munculnya tindak kekerasan pada rumah tangga biasanya dipicu masalah ekonomi, cemburu pada pasangan, pengaruh minuman keras dan sejenisnya, serta kehilangan pekerjaan,” katanya.

Untuk mencegah kekerasan yang terjadi, lanjut Titi Hamsuardi, dapat didukung dari pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan berbagai institusi terlibat secara tidak langsung atas kekerasan terhadap perempuan di lingkungan masing-masing, dan memberikan penyuluhan kepada perempuan tetang penjagaan keselamatan diri dan melaporkan tindakan kekerasan kepada pihak berwenang apabila mengalaminya. (*)

Exit mobile version