Kata Imam, ada dua pesan dari Presiden Jokowi yang disampaikan di Hari Kearsipan ke-50. Pertama, Presiden minta tinggalkan cara-cara lama atau manual dalam pengelolaan arsip untuk ditransformasikan ke sistem digital, sehingga lebih cepat, efisen dan bisa dimanfaatkan secara luas.
Kedua, Presiden meminta agar mendokumentasikan karya seni dan budaya untuk disaksikan kepada generasi muda dengan cara lebih menarik, sehingga generasi muda dapat mencintai budayanya dan mencintai bangsanya. “Pengelola kearsipan kami harapkan aware terhadap transformasi digital ini,” katanya.
Terkait memori kolektif bangsa, Imam menyebut bahwa memori kolektif bangsa di PT Semen Padang ini lengkap. Pertama, PT Semen Padang sudah melakukan penyerahan arsip statis ke ANRI. Kedua, tentang keberadaan Pabrik Indarung I yang memiliki nilai sejarah.
Kata dia, Pabrik Indarung I didirikan Tahun 1910. Tentunya, begitu banyak nilai sejarah tentang Pabrik Indarung I ini. Seperti, bagaimana proses pembuatan semennya, kemudian semennya dibawa kemana saja dan apa-apa saja bangunan monumental yang dibangun menggunakan Pabrik Indarung I ini.
“Jadi, kalau ada arsip Pabrik Indarung I mau diajukan sebagai memori kolektif bangsa dan diregistrasi, maka ke depan fasilitas reservasinya, aksesnya pelestarian dan lain sebagainya, negara bisa ikut campur, negara ikut membantu,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Imam juga membeberkan soal Memori of the World (MoW). Kata dia, pascatsunami Aceh Tahun 2004, PT Semen Padang membangun Packing Plant di Aceh. Menurutnya, dengan dibangunnya Packing Plant itu, sesungguhnya ada peran PT Semen Padang ke dalam rehabilitasi tsunami Aceh.
Untuk itu, dia berharap agar PT Semen Padang dapat menyerahkan dokumen atau arsip terkait Packing Plant di Aceh, serta perannya dalam rehabilitasi tsunami Aceh ke Balai Tsunami Aceh. “Sehingga, bisa menjadi bahan pembelajaran dan menjadi bagian dari MoW tentang Tsunami Aceh,” tutur Imam. (*)