“Seperti kita ketahui bersama. Kuatnya arus informasi teknologi dari luar mempengaruhi generasi muda kita. Kalau tidak kita bentengi dengan nilai-nilai keagamaan dan norma dan etika, akan merusak penerus bangsa. Untuk itu, saya ingin menghidupkan kembali dan memeriahkan kegiatan keagamaan mulai dari tingkat nagari, kecamatan dan kabupaten,” tutur Epyardi.
Bahkan, kata Epyardi, ia berencana memasukan muatan lokal dalam mata pelajaran sekolah. Hal ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai positif yang ada di Minangkabau yang bersandar pada Adat Basandi Syara-Syara Basandi Kitabulah (ABS-SBK). (h/rvo)