“Masih banyak potensi tentang PDRI yang harus kita gali. Salah satu untuk menggaungkan PDRI itu adalah dengan memunculkan tulisan-tulisan sejarah yang bersifat lokal. Apalagi masih banyak sejarah lokal yang belum diketahui yang sesungguhnya ingatan kolektif itu sangat melekat oleh masyarakat apalagi pelaku sejarah,” katanya.
Berbicara mengenai PDRI, ada beberapa daerah di Sumatra Barat (Bukittinggi, Bidar Alam, Sungai Dareh, Sumpur Kudus, Lintau, Koto Tinggi) yang terlibat pada masa perjuangan PDRI yang dipimpin langsung oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara pada agresi militer Belanda II pada tahun 1948. Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama rombongan melakukan perjalanan menyusuri hutan-hutan dan sungai-sungai guna menyuarakan keberadaan kemerdekaan Indonesia tetap ada.
Namun sekilas, sejarah itu hanya sebatas kalimat yang tertulis ke dalam buku yang nyatanya masyarakat Indonesia bahkan masyarakat Sumatra Barat sendiri belum banyak mengetahuinya. Adapun masyarakat mengetahuinya, itu pun hanya sekadar mendengar nama tanpa mengetahuinya secara jelas.
“Maka dari itu, kita sesungguhnya adalah sejarawan yang bertanggungjawab untuk mengawali sejarah itu. Melalui potensi sejarah lokal yang belum tersentuh oleh publikasi dan media marilah kita menggali potensi itu dengan menulisnya, agar sejarah PDRI bisa membumi melalui penguatan yang kita lakukan bersama-sama,” ujar Zulqayyim. (*)