HARIANHALUAN.ID — Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatra Barat (Sumbar), mendukung penuh rencana pendirian komunitas Energi Baru Terbarukan (EBT) Sumatra Barat yang diinisiasi sejumlah pakar kehutanan Alumni Fakultas Pertanian (AFTA) Universitas Andalas (UNAND).
Kepala Dinas ESDM Sumbar, Herry Martinus melalui Kepala Bidang Minerba, Inzuddin Lubis mengatakan, dirinya bahkan berharap agar komunitas EBT Sumbar segera memiliki legal standing yang kuat di mata hukum.
“Kita menantikan action nya, sebisa mungkin komunitas ini harus dilembagakan agar bisa bergerak menyikapi peran peningkatan pemanfaatan potensi EBT yang ada di seluruh sumber daya Sumbar,” ujarnya kepada Haluan, Kamis (13/7/2023).
Inzuddin menyebut, Dinas ESDM Sumbar pada dasarnya siap mendorong dan memfasilitasi setiap pelaku usaha yang ingin bergerak dalam bidang energi Blbaru terbarukan.
Meski demikian, gagasan pengembangan potensi tanaman Kaliandra sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBm) di Sumbar, menurutnya, perlu didukung dengan sejumlah kajian dan riset mendalam.
“Terkait pengembangan EBT, mungkin perlu dipetakan dulu apa yang menjadi concern pengembangannya. Kemudian jika memang Kaliandra akan dijadikan sebagai bahan bakar PLTBm, ini tentu akan butuh wilayah yang besar dan luas,” ucapnya.
Hal krusial lainnya, sebut Inzuddin, adalah strategi kampanye yang bisa mendorong masyarakat untuk ambil bagian dalam menanam tanaman Kaliandra dalam skala besar.
Atas dasar itu, memastikan ketersediaan pasar penampung dan pengepul hasil panen Kaliandra yang akan ditanam masyarakat dalam skala besar ini, juga mesti dipastikan terlebih dahulu.
“Jika memang EBT ini akan diarahkan kepada pemanfaatan Kaliandra, juga patut dipertimbangkan apakah produksinya nanti akan bisa memenuhi kebutuhan pasokan,” ucapnya.
Lanjut ia tambahkan, saat ini Sumatra Barat telah memiliki satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBm) di daerah Kabupaten Mentawai. Namun sayangnya, PLTBm berbahan bakar bambu tersebut saat ini telah berhenti beroperasi lantaran pihak pengelola tengah didera berbagai persolan.
“Sampai saat ini saya juga masih belum memperoleh informasi akurat soal alasan berhenti berproduksinya PLTBm Mentawai itu,” tuturnya. (*)