Bu Neti hanya terbata dan terisak. Ia mengaku bahagia Gubernur mampir ke rumahnya yang sederhana, namun sedih karena tak mampu melihat wajah Gubernurnya dan siapapun yang datang subuh itu.
“Ndak nampak dek ambo muko pak Gubernur do,” isak Neti sambil menutupi muka.
Gubernur coba menenangkan, “Ndak baa, Neti. Tarimo kasih malah diizinan kami di siko. Mohon maaf kami manggaduah waktu sahur keluarga.”
Obrolan lalu berlanjut. Menantu bu Neti, Asri Mulyanto misalnya, ketika ditanyai Gubernur tentang pekerjaan hariannya menyebutkan Ia selama ini bekerja serabutan; sesekali bekerja sebagai buruh bangunan, sesekali sebagai montir sepeda motor.
“Dulu pernah buka bengkel ketek di daerah Tunggul Hitam, Pak. Dakek jembatan. Kini lah indak lai. Di rumah se lai,” tutur Mul, sapaan akrab Asri Mulyanto.
Menanggapi, Gubernur memberi anjuran kepada Mulyanto untuk kembali membuka bengkel agar ia dapat menghidupi keluarga dengan pemasukan yang lebih stabil. Mulyanto mengakui bahwa ia memiliki keinginan untuk itu, namun terkendala modal.