Sementara itu, Direktur Operasi PT Semen Padang, Indrieffouny Indra menyampaikan sejarah berdirinya PT Semen Padang yang kini berusia 113 tahun, dan menjadi pabrik semen pertama di Asia Tenggara. PT Semen Padang didirikan 18 Maret 1910 dengan nama pertama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
Pada 5 Juli 1958, PT Semen Padang dinasionalisasi oleh Pemerintah RI. Pada periode ini, perseroan mulai mengembangkan diri dengan meningkatkan kapasitas Pabrik Indarung I menjadi 330.000 ton/tahun. Selanjutnya, kapasitas produksi pun terus dikembangkan dengan mendirikan Pabrik Indarung II, III, IV, V, dan VI, yang berbeda dengan Pabrik Indarung I yang menerapkan proses kering.
“Semen hasil produksi Indarung I ini sudah digunakan untuk membangun peradaban Hindia Belanda dan dunia, seperti Afrika Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia, semen dari Indarung I telah digunakan untuk membangun gedung-gedung monumental dan ikonik seperti Monas di Jakarta, Jembatan Ampera di Palembang, Gedung MPR RI di Jakarta, dan jam gadang di Bukittinggi,” kata Indrieffouny.
Pada kesempatan itu, Indrieffouny menyampaikan, PT Semen Padang juga turut mendukung program pemerintah dalam mengurangi CO2 seperti program Refuse-Derived Fuel (RDF) yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan program memanfaatkan bahan bakar dan bahan baku alternatif (AFR) seperti Nabuang Sarok dan penanaman pohon kaliandra.
Pemilihan sampah melalui program Nabuang Sarok, dilakukan bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi persoalan sampah. Di mana, masyarakat menyetor sampahnya ke Nabuang Sarok dan sampah yang disetor dimanfaatkan PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif untuk mensubstitusi bahan bakar batubara.
Indrieffouny melanjutkan, pada program penanaman pohon kaliandra PT Semen Padang bekerjasama dengan masyarakat memanfaatkan lahan yang tidak produktif. “Begitu juga dengan budidaya penanaman pohon kaliandra, di mana kayunya bisa kita manfaatkan sebagai energi alternatif terbarukan untuk mensubstitusi batubara. Kalori dari pohon kaliandra ini cukup besar. Bahkan, hasil uji coba kayu kaliandra ini mencapai 4900 kkal hingga 5200 kkal,” ujarnya. (h/dan)