PADANG, HALUAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat penurunan signifikan luas lahan tanam dan potensi target produksi padi pada tahun ini. Gangguan hama hingga peralihan komoditi tanam oleh petani ditengarai menjadi penyebab target awal produksi padi sebesar 1,5 juta ton diperkirakan akan sulit dicapai.
Koordinator Fungsi Statistik Produksi BPS Sumbar, Faizal mengatakan, kerangka sampel area (KSA) realisasi luas lahan panen padi sepanjang Januari hingga September 2021 tercatat seluas 206.271 hektare, di mana terjadi penurunan ketimban 2020 yang tercatat 9,33 persen atau 21.218 hektare year on year (YoY). Sementara itu, potensi lahan yang akan panen pada Oktober hingga Desember 2021 diperkirakan seluas 79.203 hektare.
“Dengan demikian, potensi luas panen padi pada 2021 diperkirakan mencapai 285.474 hektare atau mengalami penurunan sekitar 10,190 hektare atau 3,45 persen dibanding 2020 yang seluas 295.644 hektare,” ujar Faizal dalam konfrensi pers BPS Sumbar secara daring, Senin (1/11).
Faizal menambahkan, untuk produksi padi di Sumbar sepanjang Januari hingga September 2021, diperkirakan sekitar 984.354 ton dalam bentuk gabah kering giling. Capaian itu mengalami penurunan sebesar 7,51 persen atau 79.931 ton gabah kering giling dari tahun 2020. Sedangkan potensi produksi pada Oktober hingga Desember 2021 diperkirakan sebesar 377.451 ton gabah kering giling.
“Dengan demikian, produksi padi pada 2021 diperkirakan mencapai 1,361 juta ton gabah kering giling. Artinya mengalami penurunan sebanyak 25.500 ton gabah kering giling atau 1,84 persen dibanding 2020 yang mencapai 1,387 ton,” katanya lagi.
Data BPS, sambung Faizal, mencatat produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 150.453 ton gabah kering giling. Hal ini terjadi seiring dengan puncak panen di 31.643 hektare lahan. Selain itu, tiga kabupaten tercatat sebagai produsen gabah kering giling tertinggi pada 2021, yaitu Tanah Datar 188.550 ton, Solok 177.428 ton, dan Agam 170.030.
Faizal menambahkan, bila produksi padi sepanjang Januari dan September dikonversi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka akan setara dengan 567.027 ton beras. Jumlah ini juga mengalami penurunan sebesar 46.043 ton atau 7,51 persen dibanding 2020 dengan produksi beras 613.071 ton secara YoY.
Sementara itu, sambung Faizal, potensi produksi beras sepanjang Oktober hingga Desember 2021 tercatat sebesar 217.406 ton beras, sehingga total potensi produksi beras Sumbar pada 2021 diperkirakan mencapai 784.433 ton beras. Dengan demikian, total potensi ini mengalami penurunan 14.689 ton atau 1,84 persen dibanding produksi beras 2020 sebesar 799.123 ton.
“Penurunan luas panen dan produksi cukup signifikan di Sumbar terjadi pada kabupaten/kota potensial yang memiliki kontribusi besar terhadap ketersediaan pangan di Sumbar. Penyebabnya adalah serangan hama dan perbaikan saluran irigasi,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Hortikultura dan Perkebunan Sumatra Barat (Distanhorbun) Syafrizal, menyebutkan bahwa penurunan hasil produksi ini juga disebabkan karena alih komoditi oleh sebagian petani di daerah. Dari sebelumnya menanam padi menjadi menanam bawang dan komiditi lainnya.
“Selain alih komoditi seperti bawang, juga ada yang disebabkan gangguan serangan hama dan masalah irigasi. Untuk mengatasi ini kami sudah menyiapkan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi,” ujar Syafrizal kepada Haluan, Senin (1/11).
Ia menyebutkan, Distanhorbun akan berkoordinasi dengan PLTA dan pihak terkait untuk mengatasi masalah irigasi yang berdampak pada proses tanam. Kemudian, menyiapkan bantuan bibit dan bantuan pupuk untuk para petani.
Menurut Syarizal, dengan kondisi saat ini akan sulit bagi Pemprov Sumbar mengejar target produksi padi 1,5 juga ton pada tahun 2021. Ditambah masih banyak lahan yang belum ditanam sehingga berdampak pada capaian produksi.
“Sulit mencapai 1,5 juta ton produksi. Perlu segera penanaman sehingga luas tanamnya meningkat dan luas panen juga meningkat. Sehingga, nanti dapat meningkatkan produksi. Dan tentu saja jangan mengganti sawah dengan komoditi yang lain,” ujarnya lagi. (h/mg-dar)