Setelah itu, warnanya akan berangsur kusam menjadi hitam lalu membusuk. Dari ukuran sebesar kelereng sampai besar dan terbuka atau mekar dibutuhkan waktu yang cukup lama mencapai dua tahun.
Rhizanthes memiliki kemiripan karakter fisik dengan bunga Rafflesia, yaitu tidak memiliki batang, akar, daun dan klorofil. Tumbuhan itu tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga bergantung kepada inang untuk mendapatkan makanan.
Rhizanthes berbeda dengan tumbuhan parasit benalu (Loranthaceae) yang memiliki daun batang dan akar dan mampu memproduksi karbohidrat. Rhizanthes memperoleh energi dan makanan dari inangnya, yaitu tetrastigma lanceofolia, tumbuhan berkayu memanjat yang dapat tumbuh hingga 50 meter.
Beberapa di antara jenis rhizhanthes, yaitu rhizanthes zippeli amat sulit dijumpai karena habitatnya di alam yang cenderung tumbuh di hutan hujan tropis, yang sangat rapat di antara semak dan terkadang dijumpai di lereng yang curam menambah makin langkanya tanaman ini.
Tumbuhan yang biasa hidup di daerah dengan ketinggian 500-1300 mdpl itu, antara lain ditemukan di Pulau Sumatra, khususnya Sumatra Barat. Beberapa kali dilaporkan tumbuhan unik dan langka ini ditemukan di kawasan Cagar Alam Maninjau di Kabupaten Agam. Kerusakan habitat akibat alih fungsi pemanfaatan hutan turut mengancam kelestarian tumbuhan bunga langka tersebut. (*)