HALUANNEWS, PADANG PANJANG – Wali Kota, H. Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano mengatakan, Tempat Pembuangan Sampah (TPA) bukan satu-satunya solusi menyelesaikan masalah sampah.
Menurutnya, masyarakat perlu diedukasi pentingnya mengelola sampah dengan baik. Hal itu dikemukakannya pada pertemuan dengan dinas terkait yang juga dihadiri Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI), Wilda Yanti, Rabu (11/5), di Ruang VIP Balai Kota.
“Sosialisasi penting. Yang kita ubah adalah habit (kebiasaan). Yang kita ubah kedisiplinan, sehingga strateginya betul-betul mantap. Mengubah budaya itu perlu strategi. Harus serius dari segi edukasi, sosialisasi dan konsistensi,” paparnya.
Pernyataan Fadly ini merupakan bentuk dukungannya yang sependapat dengan paparan dari Wilda Yanti yang menyatakan edukasi merupakan investasi terbesar dalam pengelolaan sampah.
Fadly meminta dilakukan kerja sama dengan sejumlah lembaga guna mendidik masyarakat terhadap pengolahan sampah. “Di kelurahan dan kecamatan ini perlu dorongan dengan pihak lain. Hendaknya juga bisa bersinergi dengan instansi lain seperti BUMN,” ujarnya.
Fadly juga mengajak pihak manapun, termasuk BUMN untuk berkontribusi memberikan CSR (corporate social responsibility)-nya dalam bidang pengolahan sampah.
“Kami akan menyambut dengan terbuka pihak mana saja yang mau bekerja sama dan mau melirik kota kita untuk CSR dalam hal pengelolaan sampah,” ungkapnya.
Sebelumya, Wilda menjelaskan, pengelolaan sampah bukan sekadar mengolah sampah jadi pupuk kompos atau makanan ternak. Dikatakannya, ada empat kekuatan dasar pengelolaan sampah yaitu edukasi, lingkungan, sosial, dan ekonomi.
“Edukasi merupakan investasi terbesar dalam pengelolaan sampah. Mengubah perilaku butuh pembiyaan, edukasi yang cukup besar,” sebutnya.
Lebih lanjut, salah kaprah kerap terjadi, menganggap teknologilah yang paling mahal. Padahal yang terpenting, sebut Wilda, ialah edukasi. “Makanya investasi terbesar kita harus pada edukasi masyarakat,” tuturnya.
Dalam pengelolaan sampah, lanjut Wilda, seseorang harus mempunyai jiwa kepedulian lingkungan dan jiwa sosial karena tidak semua kegiatan ini bisa dinilai dengan uang.
Selanjutnya, tambahnya, ekonomi. “Ekonomi harus bergerak karena standar pembiayaan sampah saat ini masih minim di bawah standar,” terangnya. (*)