Potensi Banjir dan Longsor Tinggi, Sumbar Diminta Siaga di Hulu Sungai

Ruas jalan di Kecamatan Sungai Alur, Kabupaten Pasaman Barat, sempat tidak bisa dilewati karena tertimbun material longsor, Minggu (14/11). OSNIWATI

PADANG, HALUAN — BNPB mencatat Sumbarsebagai kawasan berpotensi cukup tinggi tertimpa banjir dan longsor pada November ini, seperti yang melanda Pasaman Barat (Pasbar) pada Kamis (11/11) lalu, dan menimbulkan kerugian hingga miliaran rupiah. Pemerintah daerah (Pemda) pun diminta memperkuat sistem mitigasi, terutama sekali di hulu sungai.

Deputi Bidang Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Prasinta Dewi mengatakan, pada pekan pertama November2021, beberapa wilayah di Indonesia diterjang oleh bencana hidrometeorologi basah. Kondisi curah hujan yang dipengaruhi fenomena La Nina telah berdampak pada terjadinya banjir dan banjir bandang di sejumlah daerah.

“BNPB kembali meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi di seluruh Indonesia untuk mengantisipasi dampak banjir dan longsor di bulan ini. Pekan pertama bulan ini, BNPB mencatat 32 kejadian banjir dengan jumlah korban meninggal 9 jiwa dan hilang 2 orang. Sedangkan rumah warga rusak mencapai 295 unit,” kata Prasinta, Minggu (14/11).

Identifikasi dan Analisis potensi bencana BNPB mencatat, Indonesia tengah rawan terhadap potensi banjir dengan kategori sedang hingga tinggi, dengan jumlah masyarakat yang berpotensi terpapar mencapai 100,81 juta jiwa. Sementara itu, potensi tanah longsor teridentifikasi di 33 provinsi, dengan potensi populasi yang terpapar mencapai mencapai 14 juta jiwa.

Prasinta menambahkan, berdasarkan analisis sistem inaRISK, beberapa wilayah berada pada potensi bencana banjir kategori sedang hingga tinggi pada November ini. Wilayah itu antara lain, Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua.

“Untuk kabupaten dan kota, teridentifikasi berpotensi bahaya tanah longsor di Sumbar itu tepatnya di Agam, Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Bukittinggi, Kota Padang, Padang Panjang, Pariaman, Sawahlunto, Solok, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok Selatan, dan Tanah Datar,” ujarnya lagi.

Siaga di Hulu Sungai

BNPB, kata Prasinta, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi risiko La Nina. Daerah juga diminta menjalankan instruksi Kepala BNPB untuk melakukan pengecekan jika terjadi longsor dinding tebing alur sungai, yang berpotensi menjadi bendung alam pemicu banjir bandang.

“Masyarakat dan Pemda diminta meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, dengan memantau secara berkala peningkatan debit air di sekitar daerah aliran sungai ketika curah hujan turun dengan intensitas tinggi, serta melakukan pembersihan material yang menghalangi aliran,” ujar Kepala BNPB, Letjen TNI Ganip Warsito.

Ganip juga menginstruksikan, terkait pembersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilakukan mulai dari hulu untuk membersihkan sampah maupun material yang bisa menutupi aliran. Selain itu, pembersihan kedalaman sungai juga dilakukan secara periodik guna mengantisipasi pendangkalan yang disebabkan sedimentasi.

“Fenomena La Nina harus bersama-sama diantisipasi dan kita siapkan kesiapsiagaannya. Kalau kita melihat dan mengevaluasi, maka bencana hidrometeorologi sebetulnya bisa kita cegah. Tentunya dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian memperbaiki perilaku masyarakat tentang penggunaan alam dan seisinya untuk kehidupan,” kata Ganip.

Banjir Pasaman Barat

Sementara itu, data BNPB juga mencatat banjir dan longsor telah melanda sejumlah wilayah di Pasaman Barat (Pasbar), Kamis (11/11). Dimulai dengan kejadian di Nagari Sinuruik dan Nagari Talu di Kecamatan Talamau, dan Nagari Sungai Alur di Kecamatan Sungai Alur, yang menyebabkan 144 unit rumah warga terdampak.

BPBD Pasaman Barat juga mendata, sebanyak puluhan hektare sawah dan beberapa titik irigasi rusak berat akibat banjir yang melanda. Dua nagari yang mengalami dampak yang cukup parah akibat banjirdan  longsor yakni di Jorong Paroman Nagari Sinuruik dan di Nagari Talu.

“Longsor yang disertai banjir beberapa waktu lalu memang terparah. Material longsor ikut memutus jalan dari Talu ke Panti. Kerugian masyarakat mencapai Rp 1,7 miliar,” ujar Kasi Kedaruratan BPBD Pasaman Barat, Gustrizal.

Ia merincikan, kerusakan infrastruktur seperti jalan, jembatan, fasilitas umum, dan barang milik masyarakat mencapai Rp560 juta, sedangkan kerugian masyarakat akibat gagal panen serta terhambatnya usaha mencapai Rp1,2 miliar. Selain itu, tiga unit rumah di Nagari Talu juga terendam karena banjir dan longsor. Selain itu, banjir di Sinuruik mengakibatkan sepuluh unit rumah terendam banjir dan 20 kepala keluarga tengah mengungsi.

Selanjutnya, longsor di Jorong Paroman, Kenagarian Sinuruik, mengakibatkan satu unit rumah mengalami rusak berat, serta 140 kepala keluarga terdampak oleh longsor. Selain itu, saluran pipa PDAM sepanjang 250 meter juga rusak akibat banjir tersebut.

Terpisah, Penjabat (Pj) Wali Nagari Sinuruik, Farid Muhammad Ali mengatakan, saat ini pemerintah sudah mendistribusikan sejumlah bantuan kepada masyarakat, seperti air, beras, mie instan, makanan ringan, dan minyak goreng. Selain itu, juga disalurkan bantuan dari Pemda Pasbar sebanyak satu ton beras.

Farid ikut meminta, agar masyarakat tetap waspada terjahadap potensi longsor dan banjir pada satu minggu ke depan, karena cuaca masih berpotensi hujan. “Saat ini masyarakat yang mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan material banjir dan longsor,” katanya. (h/ows/sdq)

Exit mobile version