“Oleh karena itu, aliran air galian itu harus distop. Entah itu dengan membuat saluran yang benar, atau tambang itu sendiri yang kita evaluasi. Yang pasti, hari ini satu aktivitas tambang di Aie Dingin Timur, tadi sudah kita stop, karena tidak berizin dan sudah sangat merusak. Kemudian, ada aktivitas perusahaan tambang di kawasan Lekok yang kita evaluasi. Jika ada masalah-masalah lain, itu juga akan kita selesaikan,” tegas Gubernur.
Gubernur menekankan, tindakan tegas harus segera ia lakukan dalam menghadapi persoalan ini. Sebab jika tidak, ruas jalan nasional itu diprediksi tak akan bisa diselamatkan, dan tentu akan berdampak negatif pada ratusan ribu warga yang sangat membutuhkan ruas jalan tersebut sebagai satu-satunya akses menuju Solok Selatan.
“Kita di provinsi berharap, setelah teratasi segala persoalannya, maka Balai Jalan bisa segera melakukan perbaikan terhadap kualitas jalan ini. Sebab ini sangat penting bagi masyarakat,” ucapnya.
Kepala BPJN Sumbar, Thabrani menyatakan , ruas jalan nasional di Aie Dingin sepanjang 20 kilometer itu, adalah kawasan yang tergolong rawan longsor. Kondisi itu diperparah dengan adanya aktivitas tambang yang tidak tertata dengan benar.
Kondisi itu , menyebabkan terjadinya tumpukan saluran air atau aliran air yang menyeberangi badan jalan, sehingga kemudian menyebabkan terjadinya longsor atau jalan terban di sisi barat.
“Curah hujan tinggi pada 7 Maret lalu menyebabkan 10 titik longsor di ruas jalan ini. Kita sudah bersihkan enam titik, sedangkan empat titik lagi butuh penanganan khusus dan segera. Kalau tidak, maka jalan ini akan cepat putus,” kata Thabrani.
Setelah dilakukan peninjauan langsung oleh Gubernur beserta jajaran, menurut Thabrani, BPJN berharap ada solusi yang tepat untuk mengatasi kerusakan jalan menahun yang disebabkan aktivitas tambang tersebut. Sebab, perbaikan kualitas jalan akan sia-sia jika penataan tambang di kawasan itu tidak dilakukan dengan benar.