PADANG, HALUAN — Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Sumatra Barat (Sumbar) melaporkan bahwa tidak ada penambahan kasus positif virus corona pada Selasa (16/11), setelah 20 bulan pandemi berlangsung. Meski demikian, potensi lonjakan kasus masih terbuka, terutama sekali saat momentum natal dan malam pergantian tahun baru (natal).
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, hasil tersebut merupakan capaian yang cukup bagus dalam penanganan pandemi Covid-19 di Sumbar akhir-akhir ini. Namun demikian, Mahyeldi menekankan bahwa bagaimana pun, perkembangan informasi dan kondisi tetap harus diperhatikan.
“Ini nol kasus pertama setelah lebih 20 bulan, atau sejak pertama kali kasus konfirmasi Positif Covid-19 ditemukan di Sumbar 26 Maret 2020 silam. Ini merupakan kerja bersama semua pihak yang telah bekerja keras,” ujar Mahyeldi, Selasa (16/11).
Di samping itu, Mahyeldi meminta agar seluruh pihak tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat dalam menekan potensi penularan. Sebab, sambungnya, pandemi Covid-19 masih belum selesai, dan penyebaran virus corona masih terus terjadi.
Laporan Satgas Covid-19 Sumbar terkait hasil pemeriksaan laboratorium pada Senin (15/11) terhadap 196 sampel diperiksa tidak ada terkonfirmasi positif. Termasuk juga kasus kematian Covid-19 yang tidak terjadi penambahan. Kemudian jumlah pasien sembuh bertambah empat orang.
Sedangkan pada Selasa (16/11) Satgas Covid-19 mencatat penambahan empat kasus positif baru, sehingga total kasus kumulatif virus corona sudah mencapai 89.821 orang, dengan jumlah kasus aktif sebanyak 124 orang. Kemudian kasus kematian Covid-19 sebanyak 2.125 orang dan jumlah pasien yang sembuh 87.545 orang.
Percepatan Vaksinasi
Gubernur Mahyeldi juga menambahkan, bahwa pengendalian pandemi juga harus didukung dengan percepatan vaksinasi Covid-19, maka masyarakat yang belum menerima vaksin diminta untuk segera mengikuti vaksin Covid-19. Pemprov Sumbar pun juga terus menyelenggarakan gebyar vaksin dalam mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity.
Sementara itu, berdasarkan data yang tertera pada laman vaksin.kemenkes.go.id, hingga Selasa 16 November 2021 menunjukkan realisasi vaksinasi Covid-19 di Sumbar sudah mencapai 47,05 persen atau 2.074.084 untuk dosis pertama, dan 21,91 persen atau 965.990 untuk dosis kedua. Ada pun total target penerima ialah 4.408.509 orang.
Selain itu, Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar mencatat, bahwa Kota Padang Panjang menjadi daerah dengan capaian vaksinasi tertinggi dengan angka 137,42 persen, diikuti Kota Bukittinggi 75,89 persen, Sawahlunto 72,59 persen, Kota Solok 67,29 persen, dan Kota Payakumbuh 64,15 persen.
Potensi Lonjakan Kasus
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga mengingatkan masyarakat bahwa potensi lonjakan Covid-19, terutama pada momentum natal dan tahun baru, masih sangat terbuka. Sebab, peningkatan kasus positif baru kerap terjadi setelah agenda libur panjang.
“Sebentar lagi, kita akan menyambut libur Natal dan Tahun Baru. Mengingat pengalaman yang lalu, kita belajar bahwa lonjakan kasus Covid-19 terjadi setelah libur panjang, ketika mobilitas meningkat dan banyak orang berkumpul bersama,” ujar Budi, Selasa (16/11).
Kemenkes pun mencatat adanya kenaikan kasus Covid-19 terjadi di 126 kabupaten/kota di Indonesia. Sebagian kasus disebut menyebar di lingkungan sekolah, saat proses pembelajaran tatap muka (PTM) kembali digelar. Selain itu, takziah atau kunjungan duka cita juga diduga menyumbang peningkatan kasus.
“Minggu lalu, ada 126 kabupaten/kota yang naik. Sebagian besar disebabkan kasus positif di sekolah dan takziah. Kenaikan itu sudah berlangsung selama tiga pekan terakhir,” kata Budi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), sambung Budi, dalam rapat terbatas menekankan agar lima provinsi di Pulau Jawa yang jumlah kasusnya mulai melandai agar tetap dimonitor ketat karena mulai terindikasi adanya kenaikan kasus. Jokowi, kata Budi, juga mengarahkan agar sekolah-sekolah yang melakukan PTM untuk dilakukan surveilans yang ketat.
Budi menambahkan, empat hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah lonjakan kasus. Pertama penerapan prokes yang ketat, lalu mempercepat vaksinasi Covid-19. Kemudian kapasitas pemeriksaan dan pelacakan kasus juga tetap ditingkatkn, dan menjaga keterisian rumah sakit.
“Satu, strategi deteksi dengan meningkatkan tes epidemiologi dan meningkatkan rasio kontak erat. Kedua, strategi terapeutik, yaitu dengan menyediakan tempat tidur 30-40 persen dari total kapasitas rumah sakit dan mengerahkan tenaga cadangan,” katanya.
Menurut Budi, penerapan strategi penanganan pandemi tersebut cukup efektif dalam menekan jumlah penambahan kasus. Seperti kondisi penularan saat ini yang mengalami penurunan signifikan.
“Kita lihat hasilnya kasus Covid-19 di Indonesia sudah menurun jauh sejak puncaknya di pertengahan tahun ini, bahkan sudah menurun jauh sejak Indonesia dilanda gelombang kedua Covid-19. Namun, kita perlu tetap waspada,” tuturnya.
Di sisi lain, Budi mendorong strategi program berkelanjutan dengan tujuan mengkampanyekan gaya hidup sehat pada seluruh lapisan masyarakat. Menurutnya, hal tersebut sebagai kunci sehat menjalankan aktivitas sehari-hari pada semua kelompok usia pada masa pandemi Covid-19.
“Saya berharap semoga masyarakat Indonesia tanpa mengenal batas usia, menjadikan pola hidup sehat, seperti layaknya udara yang terus dibutuhkan untuk menopang kehidupan,karena sejatinya dengan menciptakan masyarakat yang sehat, Indonesia akan terus tumbuh terus,” katanya. (h/sdq)