PADANG, HARIANHALUAN.ID – Keberadaan emas di pulau Sumatra yang disebut-sebut sebagai Legaran Svarnadvipa masih meninggalkan sekarung tanda tanya. Timbul adagium baru yang mungkin patut ditilik untuk sebuah kepastian atau bahkan tujuan.
Emas ini apakah benar-benar emas, atau bangga, atau cemas, atau justru kemas? Begitulah jelas Sutradara Legaran Svarnadvipa, Wendy HS, menggambarkannya. Eksplorasi emas di Sumatra Barat masih menjadi abu-abu sejak perekaman sejarahnya hingga kini.
Wendy mengatakan, sejak emas disejarahkan oleh negara-negara industri yang pernah menyinggahi Pulau Andalas, bagi Legaran Svarnadvipa produksi Indonesia Performance Syndicate ini menganggap keberadaan emas di perut Sumatra hanyalah sebuah mitos.
“Emas ini masih kami anggap mitos. Muncul pertanyaan, apakah emas ini sebenarnya cemas, atau justru kemas? Ini yang menyangkut di kami sehingga hadirlah Legaran Svarnadvipa ini,” katanya saat Konferensi Pers Pertunjukan Kontemporer Legaran Svarnadvipa di Fabriec Bloc, Padang, Rabu (26/6).
Dalam pengamatan Legaran Svarnadvipa, emas yang dieksploitasi di Sumatra Barat ini nyatanya tidaklah memberikan apa-apa bagi masyarakatnya. Sebaliknya, emas sampai kini hanya meninggalkan kehancuran dan kerugian di tanahnya sendiri.
Dasar pernyataan itu muncul karena berakar dari bayang-bayang kebingungan. Pulau Sumatra khususnya Sumatra Barat, hanya menjadi tanah penyedia. Tanah si lumbung emas, justru hanya seperti ampas. Dari tanah sendiri, emas diambil dan dibawanya keluar, sedang masyarakat melihatnya saja.
“Rentetan sejarah eksploitasi emas dulunya memang kami kaitkan dengan yang sekarang ini, karena keberadaan emas itu memang tidak memberikan apa-apa kepada kita. Inilah isu yang ingin kami tunjukkan agar orang-orang memahami keberadaan emas ini dengan sudut pandangnya sendiri,” ujar Wendy.
Keberadaan emas di Sumatra yang diagung-agungkan nenek moyang ini kemudian ditransisikan ke dalam seni pertunjukan berbasis kontemporer. Legaran Svarnadvipa ini akan memainkan 60 menit lebih pertunjukannya yang diakarkan pada seni teater, musik dan tari dalam satu kesatuan pertunjukan.
Sebanyak 23 pemain ditambah 8 pelaku seni tradisi dari Lintau, Tanah Datar, akan mengabarkan keberadaan emas itu melalui gerak tubuh dan lisannya kepada penonton. Seperti kesenian Randai, dalam sebuah legaran Randai akan ditampilkan kompleksitas dari pada seni itu sendiri. Ada cerita, gerak, musik, dan seni lain. Dan inilah yang kemudian disadur ke dalam seni pertunjukan kontemporer Legaran Svarnadvipa.
Dan hal paling mendasar dari lahirnya seni pertunjukan ini adalah untuk membangkitkan ekositem seni pertunjukan di Sumatra Barat. Layu dan tak bergemingnya seni pertunjukan di Sumatra Barat, menjadi alasan bagi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Dana Indonesiana untuk mewadahi produksi karya dari Indonesia Performance Syndicate yang akan dipanggungkan pada Sabtu (29/6/2024), di Lapangan Cindua Mato Batusangkar, Tanah Datar. (*)