PADANG, HARIANHALUAN.ID —Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan melanda wilayah Sumbar hingga akhir Agustus.
“Dari hasil prediksi kami, memang di Juli adalah puncak dari kemarau dan bakal berlanjut hingga Agustus,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Padang Pariaman, Heron Tarigan, kemarin.
Walaupun dilanda kemarau, kata Heron, dalam sebulan di Sumbar masih mengalami hujan, namun intensitasnya tidak terlalu tinggi. “Daerah Sumbar dalam dalam tempo sebulan itu ada turun hujan, walaupun ada hari tanpa hujan, 10 sampai 15 hari tidak ada hujan. Juli ada hujan, tetapi mungkin karena musimnya juga, sehingga intensitasnya tidak terlalu tinggi,” tuturnya.
Heoran mengatakan, kemarau yang kini melanda bukan disebabkan El Nino. Bahkan, Sumbar pada saat ini berada di fase La Nina lemah yang menuju netral.
“Kemarau akan melanda hingga pertengahan atau akhir Agustus. Kami prediksi September bakal masuk musim hujan lagi, tetapi masing-masing daerah bakal berbeda-beda masuk musim hujannya,” ujarnya.
Menurutnya, kemarau yang melanda Sumbar ini merupakan hal yang lazim terjadi. “Ini hal yang lazim terjadi setiap tahun di Sumbar. Hal yang berbeda hanya durasi kemaraunya,” kata Heron.
Selain itu, Heron juga mengingatkan tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan di Sumbar selama kemarau panjang. “Karena kemarau cukup panjang, juga harus diwaspadai untuk potensi kebakaran hutan dan lahan, khususnya daerah-daerah yang selama ini terdampak, seperti Pesisir Selatan, Dharmasraya, Tanah Datar,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Kehutanan (Dishut) Sumbar mencatat di sejumlah daerah di Sumbar telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Berdasarkan data yang dapat diakses di website Sipongi milik KLHK RI itu, karhutla tak hanya terjadi di kawasan hutan produksi (HP/HPL) dan hutan lindung (HL) saja. Namun juga banyak terjadi di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), yang merupakan areal di luar kawasan hutan negara, yang diperuntukkan bagi pembangunan di luar bidang kehutanan. (*)