PADANG,HARIANHALUAN.ID– Stunting atau masalah gangguan tumbuh kembang anak karena kekurangan gizi, menjadi masalah pelik yang membayangi kerja keras pemerintah mewujudkan visi generasi Indonesia Emas Tahun 2045.
Namun spirit kolaborasi antara pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat, terbukti menjadi kunci utama kesuksesan program pengentasan stunting berbasis hilirisasi produk peternakan yang hingga saat masih terus didorong PT Japfa Comfeed Indonesia di wilayah Sumatra Barat.
Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menyatakan, pada tahun 2019 prevalensi stunting Indonesia menunjukkan tren penurunan hingga ke angka 27,67 persen. Meski pun turun, tetap angka ini masih tetap tinggi mengingat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan angka stunting harus kurang dari 20 persen.
Sementara survei SSGI prevalensi stunting Sumatra Barat, sempat terekam menyentuh angka 23,3 persen pada tahun 2021. Angka itu kemudian meningkat 1,9 persen menjadi 25,2 persen pada tahun 2022, dan kembali turun menjadi 23,6 persen pada tahun 2023.
Upaya pengentasan stunting di tanah kelahiran Bung Hatta, dilandasi spirit gotong royong yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, serta pelaku usaha. Sinergi antar unsur, menjadi tambahan energi baru dalam upaya membangkitkan ekonomi masyarakat Sumbar nan sempat luluh lantah pasca pandemi.
Head Of Unit Japfa Padang Andriawan Yudihananto menyatakan,pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat adalah salah satu visi PT Japfa Comfeed di samping ikut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Sampai tahun 2024, PT Japfa Comfeed telah menjalin kerja sama kemitraan dengan 375 orang peternak unggas di Sumbar. Kemitraan dijalankan sesuai dengan prinsip pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Andriawan, Sumatra Barat adalah salah satu daerah yang memiliki potensi sektor peternakan luar biasa. Hal itu didukung oleh iklim cuaca serta ketersediaan sumber pakan yang memadai dan bahkan melimpah di hampir seluruh Kabupaten/Kota.
Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatra Barat tahun 2023 menunjukkan, jumlah produksi telur ayam buras, ayam petelur, itik, itik manila, hingga burung puyuh Sumatra Barat mencapai angka 164 juta butir .
Sementara produksi daging sapi, kerbau, dan kambing lokal maupun impor yang dibudidayakan di Sumatra Barat, mencapai angka 97,9 juta kilogram per tahun. Besaran angka ini menggambarkan betapa besarnya potensi sektor peternakan Sumbar jika berhasil dioptimalkan dengan strategi dan pendekatan yang tepat.
“Hampir dari setengah produksi telur maupun daging di Sumbar, berasal dari peternakan masyarakat skala mikro, menengah, hingga besar, yang bermitra dengan PT Japfa Comfeed lewat berbagai skema kerja sama,” ucapnya.
Sebagai salah satu pemain sentral dalam sektor peternakan, Japfa Comfeed berperan sebagai penyalur aneka obat-obatan, peralatan ternak, hingga bibit dan pakan ternak dengan kualitas terjamin. Perusahaan Agri Food terkemuka di Indonesia ini juga menjadi penyerap utama produksi komoditas jagung Sumbar yang melimpah.
Kehadiran perusahaan ini di Sumbar sangat vital, tidak hanya bagi sektor peternakan, tapi juga bagi sektor pertanian yang membutuhkan pihak ketiga selaku Off Taker pasti setiap kali musim panen tiba.
“Konsep kemitraan dengan PT Japfa Comfeed adalah pemberdayaan ekonomi. Dalam artian, kami tidak hanya berperan sebagai supplier produk pakan atau obat-obatan ternak , tapi juga mitra strategis petani dan peternak untuk menumbuh kembangkan ekonomi mereka,” tegasnya.