“Mari kurangi pemakaian kendaraan pribadi, budayakan penggunaan kendaraan umum, kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Gunakan Tumbler dan budayakanlah menanam pohon. Baik di rumah, sekolah, maupun fasilitas umum,” pesannya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Barat, Tasliatul Fuadi menyampaikan, sampah adalah salah satu penghasil terbesar emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab dari pemanasan global dan krisis iklim. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, juga memicu terjadinya bencana banjir.
Peningkatan volume timbulan sampah, tidak terlepas dari perilaku masyarakat yang enggan melakukan kegiatan pemilahan sampah mulai dari rumah tangga. Hal ini menyebabkan semua sampah organik dan non organik yang semestinya bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis, tercampur dan berakhir menggunung begitu saja di TPA.
“Jika kesadaran dan kepedulian ini telah dimulai sejak di rumah tangga, sampah sebenarnya bisa diolah menjadi benda bernilai ekonomis. Sampah organik bisa diolah menjadi makanan maggot atau pupuk organik cair. Sementara sampah plastik bisa didaur ulang,” jelasnya.
Ia menegaskan, persoalan sampah tidak hanya menjadi masalah pemerintah saja . Lebih dari itu, persoalan sampah adalah masalah semua unsur lapisan masyarakat. Sehingga proses edukasi dan sosialisasi terkait pengolahan sampah, harus dimulai sejak dini. Dimulai dari institusi pendidikan.
Apalagi, dalam upaya menangani persoalan sampah, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian karena pasti akan mengalami keterbatasan. Baik itu dari segi anggaran, infrastruktur, sumber daya manusia dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, peningkatan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan serta menerapkan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle (3R sampah) sangat diperlukan untuk menyelamatkan lingkungan.