Tahun 1989, dia pulang kampung dan menjadi staf bagian hukum Setda Kota Solok sampai 1991. Selama mengabdi sebagai seorang birokrat, Zul Elfian pernah bertugas sebagai Kasubag APK Bagian Kesra (1991-1993), KTU Dinas Kebersihan (1993-1995), Kabag Kesra (1995-2002), Plt Kadis Kependudukan Sosial dan Tenaga Kerja (2002-2005), dan Asisten Administrasi Pembangunan (2005-2010).
Tahun 2010, Zul Elfian terpilih menjadi Wakil Wali Kota Solok mendampingi Wali Kota Irzal Ilyas. Selanjutnya, atas dorongan dan dukungan masyarakat, peraih Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Gajah Mada ini, dua periode berturut-turut dipercaya sebagai Wali Kota Solok.
Tidak banyak kepala daerah yang bisa bertahan dua periode. Fenomena Pilkada serentak 2024 adalah fakta, bahwa hanya tiga daerah petahana bupati, wali kota yang bisa bertahan (Solok Selatan, Sijunjung dan Tanah Datar). Selebihnya, incumbent pada bertumbangan.
Tidak demikian dengan Zul Elfian. Dia bisa melenggang dengan tenang. Dari wakil wali kota, naik jadi wali kota periode pertama (2016-2021). Setelah itu terpilih untuk periode kedua (2021-2025). Hebatnya, wakil Zul Elfian pada periode kedua, Ramadhani Kirana Putra (RKP), sukses melanjutkan kepemimpinannya menjadi Wali Kota Solok (2025-2030).
“Jika saja wali kota bisa tiga periode, kami yakin Pak Zul Elfian akan terpilih kembali dengan tenang. Pegawai dan warga Kota Solok sayang dan percaya dengan beliau,” kata Dasrizal Chandra Bahar, teman masa kecil Zul Elfian yang kini menjabat Wali Nagari Saniangbaka.
Dua periode Zul Elfian menjabat wali kota, Kota Solok diganjar puluhan penghargaan dan anugerah. Penghargaan itu antara lain predikat WTP delapan kali berturut-turut, Nirwasita Tantra, Kota Layak Anak, BKN Award, Best Performance Peduli Wisata, Penghargaan UHC, Kepatuhan Pelayanan Publik, Kota Solok Bebas Prambusia, Swasti Saba Wiwerda, Pastika Awya Pariwara, Top BUMD Award, Piala Adipura ke-10 dari KLH dan Wahana Tata Nugraha.
Puluhan piagam dan penghargaan itu, sesungguhnya hanyalah bonus saja bagi Zul Elfian dan jajarannya di Pemko Solok. Esensinya adalah, warga Kota Solok menikmati pelayanan kesehatan, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan yang nyata.
Pada tahun 2024, Kota Solok bebas dari kemiskinan ekstrem. Pendapatan per kapita masyarakat meningkat menjadi Rp57,10 juta. Angka kemiskinan turun jadi 2,97 persen, nomor dua di Sumatera Barat atau 10 besar terbaik di Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Solok lebih tinggi dari IPM Sumbar yakni 79,86.