SOLOK, HARIANHALUAN.ID — Kendati mengalami tren penurunan dalam dua tahun terakhir, namun Pemerintah Kota (Pemko) Solok masih terus menggencarkan berbagai upaya untuk menekan angka prevalensi stunting.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Solok, Wendi Asrizal kepada Haluan, Rabu (8/11).
Ia menyebut, berdasarkan data SSGI, tahun 2021 angka stunting di Kota Solok tercatat sebesar 18,5 persen. Kemudian turun sedikit pada tahun 2022 menjadi 18,1 persen.
“Jadi secara riilnya, angka stunting di Kota Solok ini turun. Meski begitu, kami telah menyusun lima aksi prioritas bagi tim pendamping keluarga, di antaranya penyediaan data berisiko stunting berdasarkan data pendataan keluarga tahun 2022, pendampingan keluarga berisiko stunting, dan juga pendampingan calon pengantin,” katanya.
Wendi menyampaikan, pendampingan ini menyasar empat kelompok rentan terhadap gizi buruk. Sebab gizi buruk ini linear dengan kondisi stunting. Sasaran yang pertama adalah kelompok calon pengantin (catin), yang kedua adalah kelompok ibu hamil, dan ketiga adalah kelompok ibu menyusui, dan keempat adalah bayi di bawah dua tahun (baduta). “Nah, empat kelompok ini ah yang kami sasar. Tentu saja dengan perlakuan dan pendampingan yang berbeda pada tiap-tiap kelompok,” katanya.
Ditambahkan Wendi, untuk pelaksanaan pendampingan tersebut DPPKB Kota Solok telah menyiapkan Tenaga Pendamping Kesehatan (TPK) sebanyak 168 orang, yang terbagi menjadi 58 tim.
“Dari 168 orang ini kami bagi menjadi 58 tim, dengan jumlah tiga orang untuk satu tim. Di mana untuk satu tim itu terdiri dari satu orang bidan, satu orang kader PKK, dan satu orang kader KB,” katanya. (h/mg-drp)