HARIANHALUAN.ID – Memperingati salah satu perjuangan berdarah bangsa Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berlangsung dalam kurun waktu 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, diselenggarakan sebuah upacara peringatan Peristiwa Situjuah ke-74 2023 di Lapangan Chatib Sulaiman, Situjuah Batua, Lima Puluh Kota, Minggu (15/1/2023).
Gubernur Provinsi Sumatra Barat, Mahyeldi langsung bertindak sebagai inspektur dalam upacara peringatan Peristiwa Situjuah yang terjadi pada Subuh 15 Januari 1949. Acara ini diikuti oleh satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Korp Pegawai Republik Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, Basarnas, Pemadam Kebakaran, mahasiswa dan pelajar, serta keluarga pejuang korban Peristiwa Situjuh.
Turut hadir dalam acara ini, Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Dt Bandaro Rajo, Wakil Ketua DPRD Sumbar, Irsyad Safar, Danlantamal II Padang, Laksamana Pertama Benny Febri dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sumatra Barat dan Lima Puluh Kota, keluarga pejuang, tokoh masyarakat, jajaran perangkat daerah se-Sumatra Barat, serta ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai dan bundo kanduang se-Kecamatan Situjuah Limo Nagari.
Seusai upacara di lapangan dilanjutkan dengan upacara ziarah dan tabur bunga di makam pahlawan korban Peristiwa Situjuah. Gubernur Mahyeldi, Bupati Safaruddin, Forkompimda serta keluarga pejuang melakukan ziarah dan tabur bunga di Lurah Kincia, di Situjuah Banda Dalam.
Tabur bunga dipimpin oleh Danlantamal II Padang, Laksamana Pertama Benny Febri didampingi Dandim 0306/50 Kota, Letkol Inf Denny Nurcahyono, sedangkan di Situjuah Gadang dipimpin oleh Kapolres Lima Puluh Kota, AKBP Ricardo Conrat Yusuf yang didampingi Kapolres Payakumbuh, AKBP Wahyuni Sri Lestari dan Ketua DPRD Lima Puluh Kota, Deni Asra.
Dari kutipan sejarah Peristiwa Situjuah yang dibacakan pada upacara, tercatat sebanyak 69 pejuang gugur dalam mempertahankan NKRI. Tragedi bermula pada tanggal 14 Januari 1949. Ketika pimpinan PDRI, laskar pejuang dipimpin Ketua Laskar Pertahanan Rakyat Sumatra Tengah, Chatib Sulaiman mengadakan rapat membahas strategi perjuangan di sebuah lembah, yang dikenal dengan Lurah Kincia.
Seusai rapat, peserta beristirahat di sebuah surau di Lurah Kincia, di kala Subuh pasukan Belanda menghujani lembah itu dengan berondongan peluru. Lokasi yang tak menguntungkan, senjata yang tak memadai, para pejuang pun tak mampu memberikan perlawanan sengit. Chatib Sulaiman, Bupati Lima Puluh Kota, Arisun St Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Letnan Anizar, Sjamsul Bahri, Rusli dan Baharuddin, gugur bersama 60 pejuang lainnya.