Nagari Gunuang Malintang Harapkan Alek Bakajang Jadi Prioritas Pariwisata Sumbar

Alek Bakajang

Bupati dan istri sedang menyapa pengunjung Bakajang dari atas miniatur kapal pesiar. IST

HARIANHALUAN.ID – Puluhan ribu warga mendatangi Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, sepanjang Sabtu (29/4/2023).

Kedatangan warga dari berbagai nagari, kecamatan hingga perantau itu, tak lain hanya untuk menyaksikan alek anak Nagari Gunuang Malintang, yaitu antraksi warisan budaya Bakajang yang diselenggarakan di aliran sungai Batang Maek.

Sebanyak lima miniatur kapal pesiar mewah dibumbui dengan letusan mercun hingga kembang api dan ditambah sorak-sorak kegembiraan anak Nagari Gunuang Malintang, sambil berenang di Sungai Batang Maek, membuat antraksi Bajakang terasa dahsyat luar biasa.

Pada Sabtu (29/4/2023), penyelenggaraan hari kelima sekaligus penutupan Bakajang. Hadir Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo, anggota DPRD Sumbar, Dodi Dolfi, Wakil Ketua DPRD Lima Puluh Kota, Syamsul Mikar, anggota DPRD Lima Puluh Kota Dapil Pangkalan-Kapur IX, Darlius dan Syamsuwirman.

Kemudian tokoh perantau Haji Edwar Idrus, Ujang Boy, serta perantau Jakarta lainnya, tokoh masyarakat Nagari Gunuang Malintang, Arif Fitri Arman (Ayib), serta Haji Chandra. Hadir juga mantan Wali Kota Payakumbuh, Riza Falepi.

Di hadapan tokoh-tokoh yang hadir, Wali Nagari Gunuang Malintang mengatakan, Bakajang sukses berkat dukungan semua pihak, berkat semangat seluruh anak nagari dan juga perhatian dari perantau termasuk Pemkab Lima Puluh Kota.

“Awalnya, Bakajang ini tradisi manjang, mendatangi sanak famili disaat momen Lebaran. Tetapi sekarang Bakajang sudah menjadi atraksi, atraksi budaya sekaligus untuk pariwisata,” ujar Wali Nagari Wido Putra.

Bakajang sendiri, katanya, sudah berhasil menjadi atraksi budaya terbaik nasional di Anugerah Pesona Indonesia. Meski sudah jadi juara nasional, kata wali nagari, tetapi sarana penunjang untuk Bakajang masih seperti itu juga tiap tahunnya, diadakan di tempat apa adanya dan belum ada pembenahan secara infrastruktur.

“Ini yang masih menjadi kendala bagi kami. Meski Bakajang selalu sukses mencuri perhatian masyarakat untuk berdatangan, tetapi pembenahan infrastruktur belum pernah dilakukan. Beginilah lokasi Bajakang, atraksi budaya yang pernah juara nasional,” ujar Wido.

Di hadapan Bupati Safaruddin, serta anggota DPRD, Wali Nagari Gunuang Malintang itu berharap kepada Pemerintah Lima Puluh Kota dan Pemprov Sumbar untuk memperhatikan dalam pembenahan infrastruktur lokasi Bakajang.

Bakajang ini terus kami jaga, terus kami lestarikan. Bakajang ini kedepannya harus jadi pariwisata prioritasnya Sumbar. Kami juga harapkan adanya pembenahan tempat ini dari pemerintah daerah atau Pemprov Sumbar terhadap Bakajang. Mudah-mudahan, pelaksaan Bakajang 2024 mendatang tempatnya sudah representatif tertata secara baik, sehingga menambah keindahan Sungai Batang Maek dan meningkatkan semangat masyarakat, serta anak Nagari Gunuang Malintang,” ujar Wido Putra.

Sementara Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo atas nama pemerintah daerah terus dan selalu mendukung atraksi budaya Bakajang.

Bakajang ini unik, harus dilestarikan. Ini satu-satunya ada di Indonesia. Pemerintah daerah terus mendukung ini. Pembenahan menuju tempat yang resprestatif adalah tugas kita bersama,” ujar bupati.

Safaruddin juga memuji, serta kekompakan anak nagari dan perantau demi suksesnya alek Bakajang.

Sementara salah seorang anggota DPRD Lima Puluh Kota, Haji Darlius mengatakan, dirinya sudah ikut berkontribusi dalam menyukseskan alek Bakajang. Melalui perjuangan di gedung DPRD, anggaran pokok pikirannya berhasil ditumpangkan melalui Dinas Pariwisata untuk pelaksanaan Bajakang 2023 ini.

Tokoh masyarakat Gunuang Malintang, Arif Fitri Arman ikut merasa bangga dengan penyelenggaraan Bakajang tahun ini yang terbilang sukses. Pria yang akrab disapa Ombak Ayib itu terharu dengan kekompakan seluruh masyarakat Nagari Gunuang demi suksesnya alek Bakajang.

“Mulai dari persiapan, perencanaan, pengerjaan sampai pelaksaan Bakajang, seluruh masyarakat kompak, saling bahu-membahu. Bahkan ada satu kajang atau miniatur kapal pesiar yang di dorong bersama-sama dengan penuh gotong royong untuk sampai ke pinggir Sungai Batang Maek. Dari darat ke sungai jaraknya ada hingga 5 kilometer. Semuanya kompak,” ucap Ombak Ayib. (*)

Exit mobile version