Walhi Sumbar Prihatin Bencana Banjir di Lima Puluh Kota

Kepala Departemen Advokasi dan Lingkungan Hidup Walhi Sumbar, Tommy Adam

LIMA PULUH KOTA, HARIANHALUAN.ID — Menanggapi bencana banjir yang melanda Kabupaten Lima Puluh Kota, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat menyampaikan keprihatinannya.

Kepala Departemen Advokasi Walhi Sumbar, Tommy Adam, Senin (18/12) mengatakan, banjir yang menimpa kawasan wisata Lembah Harau merupakan buntut dari hilangnya kawasan hutan yang berada di hulu daerah tersebut. Tak hanya itu, perubahan fungsi hutan, dan beralihnya fungsi kawasan hijau   memperparah menimbulkan terjadinya bencana alam di Harau.

“Setelah kita lakukan analisis terhadap pemetaan, memang kawasan hutan Harau sudah beralih fungsi. Ini yang akan memicu bencana lebih besar lagi. Banjir besar dan banjir bandang bisa saja terjadi,” ujarnya.

Dijelaskan Adam, kawasan Harau umumnya merupakan hutan lindung dan cagar alam. Hutan tersebut yang kini sudah rusak oleh peralihan fungsi hutan. Berdasarkan data Walhi, katanya, setidaknya rentangan waktu selama 20 tahun terakhir, sudah hilang lebih 1.000 hektare kawasan hutan lindung di 3 nagari kawasan Harau.  Seperti di Nagari Harau 880 hektare, Nagari Solok Bio-Bio 244 hektare dan Nagari Tarantang 131 hektare. “Kalau kondisi hutan ini dibiarkan, ancaman bencana lebih besar bisa terjadi kapan saja. Apalagi di hulu hutan topografinya sangat terjal. Mudah-mudahan banjir hari ini bisa jadi pelajaran bagi daerah, bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terutama dalam menetapkan kawasan wisata Harau,” kata Tommy. (h/tfk/ddg)

Exit mobile version