MENTAWAI, HARIANHALUAN.ID- Suasana haru menyelimuti Balai Desa Pasakiat Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai Minggu (4/5/2025). Ratusan warga berkumpul satu suara. Mereka tegas menolak keputusan Pergantian Antar Waktu (PAW) terhadap anggota DPRD putra asli Taileleu, Manuel Salimu.
Masyarakat adat Taileleu, yakin Manuel Salimu adalah korban skenario kriminalisasi hukum yang dilancarkan lawan politiknya. Manuel, disebut-sebut tertangkap basah saat berpesta sabu disebuah hotel berbintang di Kota Padang akhir bulan September 2024 silam
Proses penangkapan dan penetapan tersangkanya pun diliputi berbagai kejanggalan. Manuel dipaksa menandatangani BAP dibawah tekanan serta kehilangan haknya untuk didampingi tim kuasa hukum selama proses pemeriksaaan.
Dihadapan ratusan konstituen yang memadati balai desa Pasakiat Taileleu, Manuel Salimu memberikan penjelasan lengkap terkait kronologi kasus hukum yang membuat dirinya harus menelan pil pahit pemecatan dan pelengseran dari kursi anggota dewan.
“Pada hari penangkapan, saya baru saja pulang menghadiri rapat dengan Ikatan Mahasiswa Taileleu dan Pei-Pei sampai jam 12 malam. Ketika polisi masuk ke kamar hotel, saya sedang bersama istri. Jadi tidak benar bahwa saya ditangkap saat pesta sabu,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Manuel menjelaskan, dirinya dinarasikan ditangkap saat berpesta sabu bersama dengan dua orang anggota DPRD Mentawai bernama Syafriddin dan Melki. Bersama dengan mereka, polisi turut menangkap seorang sipil bernama Aidil yang bertindak sebagai kurir.
“Mereka ini ditangkap sekitar jam delapan malam. Nah, saat mereka ditangkap di kamar hotel, saya sedang mendampingi Ketua DPC Gerindra Mentawai Maru Sarejen yang saat itu adalah Calon Bupati. Ketika itu kami sedang berdiskusi dengan adik-adik mahasiswa Mentawai di Padang,” ucapnya.
Dengan fakta bahwa polisi memaksa masuk ke kamar hotelnya sekitar pukul tiga dinihari. Manuel yakin proses penangkapan serta penetapannya sebagai tersangka, sudah diskenariokan sejak awal oleh lawan politik yang saat ini sudah ia ketahui.
“Polisi tidak menemukan barang bukti narkoba apapun didalam kamar saya. Digeledah pun saya tidak pernah. Awalnya saya hanya diminta polisi untuk menjadi saksi tapi kemudian akhirnya dijadikan tersangka,” ucapnya.
Ratusan masyarakat adat Pasakiat Taileleu yang hadir antusias mendengarkan penjelasan lengkap Manuel Salimu. Mereka geram mendengar skenario fitnah keji yang diarahkan kepada anggota dewan kebanggan Tanah Taileleu itu.
“Ini bukan lagi soal pertarunahn politik. Tapi Ini sudah tentang harga diri masyarakat Taileleu yang dilukai dan diinjak-injak,” ujar Lian Sabit, salah satu masyarakat yang turut hadir.
“Kami yang memilih, tapi orang lain yang menggantikan. Kami tidak mengenal siapa pengganti itu. Yang kami pilih adalah Manuel Salimu,” tambahnya, disambut seruan setuju dari hadirin.