Dikutip dari Laman Kominfo Padang Panjang, sebagai mantan tim logistik Ustaz Khalid Basalamah dan Ustaz Syafiq Basalamah, Irfan tahu betul bahwa acara ini adalah kesempatan berharga untuk tidak hanya berdagang, tetapi juga untuk berbagi ilmu.
Di dekatnya, seorang pemuda sedang memilih buku Sirah Nabawiyah. “Ini buku yang bagus untuk mempelajari sejarah Nabi. Ustaz sering merekomendasikannya dalam kajian,” kata Irfan, seraya memberikan buku itu kepada pemuda tersebut.
Lebih dari sekadar transaksi jual beli, lapak Irfan menjadi tempat interaksi. Banyak pengunjung yang datang tidak hanya untuk membeli, tetapi juga meminta rekomendasi atau sekadar berdiskusi tentang buku-buku yang sedang populer di kalangan pengajian Salafi.
Dalam sebulan, Irfan berkeliling dan berjualan di 10 hingga 12 lokasi pengajian besar di berbagai kota di Indonesia, seperti Makassar dan kota-kota besar lainnya. Penghasilannya dari setiap kegiatan dapat mencapai Rp5 juta hingga Rp10 juta. Namun, meskipun terlihat menguntungkan, Irfan mengakui bahwa tidak semua perjalanan berjalan lancar.
“Alhamdulillah, saya banyak bertemu orang-orang baru dan menjalin pertemanan melalui dagang buku ini. Tentu ada tantangan, seperti ketika hujan yang membuat pengunjung sepi, atau ada panitia yang tidak menyediakan tempat untuk pedagang. Namun, semua itu bagian dari perjuangan, dan saya nikmati,” katanya dengan senyum penuh kesabaran.
Nama Irfan Rifai sebenarnya bukan nama aslinya. Lahir dengan nama Daniel di Toraja dalam keluarga Kristen, ia kehilangan ibunya saat berusia empat tahun. Setelah itu, ia diasuh oleh bibinya yang seorang mualaf.
Bibinya tidak hanya merawatnya, tetapi juga mengenalkan Islam kepadanya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Irfan Rifai.