Sedangkan, basafa ketek (safa kecil) merupakan memperingati tujuh hari meninggalnya Syekh Burhanuddin yang diikuti oleh peziarah lokal, yang jumlahnya hampir sama dengan basafa gadang.
“Berharap dengan kegiatan basafa atau ziarah dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi kunjungan pariwisata dan berdampak positif kepada daerah,” ujar Ridwan.
Salah satu peziarah, Martini mengaku sengaja datang dari kampung halamannya untuk berziarah sebelum memasuki bulan puasa. “Kami berziarah untuk mendoakan guru yang telah berjasa menyebarkan ajaran Islam di Minangkabau,” ucapnya.
Makam Syekh Burhanuddin memang menjadi salah satu pusat spiritual di Sumatera Barat, terutama bagi penganut tarekat Syattariyah. Setiap tahun, menjelang Ramadan dan dalam peringatan wafatnya Syekh Burhanuddin, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh umat Islam yang ingin berdoa dan mengenang perjuangan ulama besar tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayan telah menetapkan basafa sebagai warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada Bulan Desember 2020. Piagam tersebut diterima langsung oleh Bupati Padang Pariaman melalui Gubernur Sumatera Barat pada hari Rabu 24 Maret 2021 di Padang. (*)