Sambut Ramadan, Ratusan Peziarah Datangi Makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Tapakis

Makam Syekh Burhanuddin

PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Menjelang Ramadan 1446 H, ratusan peziarah mendatangi makam Syekh Burhanuddin di Ulakan, yang terletak di Nagari Manggopoh Palak Gadang, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman.

Menurut pemuda setempat, Ridwan Alfa Salam, tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun. “Setiap bulan Lamang atau bulan Sya’ban disebut orang, banyak masyarakat yang datang berziarah ke makam Syekh Burhanuddin setiap harinya,” ujarnya saat dijumpai di Ulakan, Rabu (12/2/2025). 

Ridwan menjelaskan bahwa mayoritas peziarah berasal dari kalangan pengikut Jemaah Syattariyah, aliran yang diajarkan oleh Syekh Burhanuddin, serta masyarakat umum dari berbagai daerah di Sumatera Barat.

Selain berziarah pada bulan lamang ini, kata Ridwan, waktu masyarakat melakukan ziarah adalah saat bulan Safar atau bulan dua urutan tahun hijiriah yang dikenal dengan basafar. “Kalau basafar bisa ribuan orang setiap harinya melakukan ziarah,” ujar Ridwan. 

Ia mengatakan, kegiatan basafa ini merupakan kegiatan memperingati meninggalnya Syekh Burhanudin pada bulan Syafar (hijriah). “Basafa di Ulakan ada dua kali, pertama Rabu setelah tanggal 10 Syafar yang dikenal dengan Basafa Gadang, dan Rabu seminggu setelah itu disebut denga Basafa Ketek,” kata Ridwan.

Ridwan menjelaskan tradisi basafa ini dimulai sekitar tahun 1316 H/ 1897 M, yang pertama kali dilakukan oleh para jamaah pengikut Syekh Burhanudin. Saat itu, belum ada penentuan jadwal kunjungan bagi mereka.

Kemudian dua ulama perwaris Syekh Burhanuddin, yakni Syekh Kapalo Pauh Kamba dan Syekh Tuanku Kataping mengambil inisiatif bermusyawarah dengan sejumlah ulama untuk menentukan waktu ziarah bersama ke makam.

“Dari musyawarah tersebut, disepakati dan diputuskan ziarah dilaksanakan secara rutin pada setiap Rabu setelah tanggal 10 bulan Syafar,” Ridwan menjelaskan.

Ridwan Alfa Salam menyebutkan, basafa gadang merupakan ritual yang pertama dilakukan setelah tanggal 10 bulan Syafat pada hari Rabu yang diikuti oleh peziarah dalam cukup besar dari luar daerah Sumatera Barat, seperti Aceh, Riau, Jambi hinggal Malaysia.

Sedangkan, basafa ketek (safa kecil) merupakan memperingati tujuh hari meninggalnya Syekh Burhanuddin yang diikuti oleh peziarah lokal, yang jumlahnya hampir sama dengan basafa gadang.

“Berharap dengan kegiatan basafa atau ziarah dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi kunjungan pariwisata dan berdampak positif kepada daerah,” ujar Ridwan. 

Salah satu peziarah, Martini mengaku sengaja datang dari kampung halamannya untuk berziarah sebelum memasuki bulan puasa. “Kami berziarah untuk mendoakan guru yang telah berjasa menyebarkan ajaran Islam di Minangkabau,” ucapnya.

Makam Syekh Burhanuddin memang menjadi salah satu pusat spiritual di Sumatera Barat, terutama bagi penganut tarekat Syattariyah. Setiap tahun, menjelang Ramadan dan dalam peringatan wafatnya Syekh Burhanuddin, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh umat Islam yang ingin berdoa dan mengenang perjuangan ulama besar tersebut.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayan telah menetapkan basafa sebagai warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada Bulan Desember 2020. Piagam tersebut diterima langsung oleh Bupati Padang Pariaman melalui Gubernur Sumatera Barat pada hari Rabu 24 Maret 2021 di Padang. (*)

Exit mobile version