Pada akhir 2021, dirinya tidak lagi memiliki sisa penglihatan dengan status total blind. Dunianya menjadi gelap. Hari-hari dilewatinya dengan bersedih, serta tingkat kepercayaan diri yang menurun drastis.
“Saya cukup lama mengurung diri di rumah. Desas-desus negatif dari orang-orang sekitar tentu tetap sampai ke telinga saya. Saya merasa terpukul dan merasa tidak memiliki harapan serta alasan lagi untuk melangsungkan hidup,” ujarnya bercerita.
Pada 2022, saudara jauh datang menyampaikan pesan bahwa di PSBN Tuah Sakato, Padang ada pelatihan untuk penyandang tuna netra. Tanpa pikir panjang, dirinya mengurus persyaratan untuk bisa mengikuti pelatihan tersebut.
Saat itu, ia berangkat ke Padang dengan perasaan kalut dan cemas. Namun ia tetap percaya, masih ada tempat bagi orang-orang yang pantang menyerah pada kerasnya hidup. Alhasil, hari-hari yang ia lewati di PSBN tak seburuk yang ia pikirkan. Di sana, ia bertemu dan berbaur dengan sesama tuna netra yang tentu memiliki harapan dan semangat hidup.
“Meski saat itu saya merasa sangat sulit berdamai dengan diri sendiri, namun saya merasa masih ada cara lain untuk bertahan dan melanjutkan hidup. Di PSBN inilah saya menemukan jawabannya. Saya merasa berguna, kepercayaan diri saya kembali dan berhasil menjadi salah satu penerima manfaat terbaik tahun ini,” tutur Bisri sambil menyeka air matanya.
Selama dilatih di PSBN, dirinya sudah begitu mahir menepis stigma negatif tentang disabilitas. Baginya, mendengarkan cemoohan dan perkataan buruk tentang disabilitas sudah menjadi hal yang lumrah dan tak akan ada habisnya.