“Perkataan orang jika didengarkan tidak akan ada habisnya, terutama mengenai disabilitas. Saya selalu mencoba untuk fokus dengan proses dan pencapaian saya. Saya selalu menegaskan pada diri sendiri, jika ada kesempatan dan peluang, langsung hadapi prosesnya dan tinggalkan cemooh orang-orang yang tidak mengerti,” ucap Bisri.
Penglihatan yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya membuatnya sadar bahwa dunia tidak serta merta berhenti dan dirinya tak pantas dihukum dengan berdiam diri.
“Orang-orang yang normal akan bergerak dan semakin maju dengan caranya sendiri, dan saya dengan teman-teman tuna netra yang lain juga akan bergerak dan berdaya dengan cara kami pula,” tuturnya penuh semangat.
Satu hal yang tak kalah penting dan membuatnya merasa beruntung dengan keterbatasan yang ia miliki. Baginya, kondisi sebagai tuna netra berperan sebagai penghalang dirinya melakukan maksiat mata.
“Saat masih bisa melihat, begitu banyak hal-hal negatif dan tidak sepatutnya diperlihatkan tersaji nyata di depan mata. Setelah mengidap buta total, saya tidak bisa lagi melihat hal-hal tersebut, sehingga saya merasa lebih tentram serta menghafal dan memahami ilmu terasa lebih mudah,” ucap Bisri.
Usai menamatkan pendidikan di PSBN Tuah Sakato, ia mengaku akan kembali ke kampung halaman dan melanjutkan kehidupan dengan penuh semangat dan percaya diri. Ia akan mempraktikkan segala bentuk ilmu yang selama ini ia dulang di panti sosial tersebut.