“Saya jadi seorang badut sejak 2021. Untuk mencukupi kebutuhan ke empat anak saya dan kebutuhan sehari-hari, dan bayar hutang. Saya jadi badut pindah-pindah di jalan-jalanan padang,” ujar Maya kepada penulis, Rabu (8/1) kemarin.
Terlihat Maya bersama ketiga anak-anaknya selalu menemani mencari rezeki di persimpangan jalan Jhoni Anwar 1 menuju Jalan S. Parman, Ulak Karang Utara, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Mereka berusia 7 tahun, 6 tahun dan 3 tahun, sedangkan anak bungsunya berusia 5 bulan selalu dititipkan ke panti asuhan.
“Anak saya ada empat. Tiga anak selalu ikut saya, dan bungsu terpaksa dititipkan ke panti asuhan, karena tidak ada yang merawat di rumah. Pagi diantar ke panti asuhan, dan sore pulang jadi badut dijemput. Begitulah kehidupan sehari-hari demi keberlanjutan hidup,” kata Maya warga Ampang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang itu.
Sambil tersenyum, Maya menceritakan bahwa penghasilan dari profesi sebagai badut cukup untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Dalam satu hari bisa mengumpulkan 60-70 ribu rupiah.
Ia pun bersyukur, karena dengan usahanya itu dapat membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga, yang bekerja melaut. Sambil menemani ibunya bekerja, dua anaknya duduk persis disamping ibunya yang sesekali melambaikan tangan kepada setiap pengendara yang melintas.
Sementara satu anak tertidur dipinggir jalan dengan kursi roda atau Baby Walker miliknya. Setiap hari Maya harus berjibaku menggunakan kostum badut, walaupun peluh keringatnya bercucuran di badan, belum lagi nafasnya yang sengal-sengal karena seluruh tubuh mulai dari kepala hingga kaki tertutup dengan kostum badut.
Ia berharap orang lain tidak memandang sebelah mata profesinya meskipun harus membawa anak-anaknya ke jalanan. Ketika ditanya keinginan dan cita-cita anaknya, mereka terdiam seakan malu.